Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Air, Polusi, Kesehatan Masyarakat, Perubahan Iklim, dan Covid-19

23 Maret 2020   10:39 Diperbarui: 24 Maret 2020   17:18 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua hal yang tetap saya lakukan di tengah gencarnya serbuan Covid-19 yang membuat seluruh dunia harus berdiam diri di dalam rumah untuk mencegah penyebaran virus mematikan ini, pertama tetap harus ke sawah untuk memanen sayur. 

Panen sayur tak mungkin dihentikan bukan karena petani pemilik lahan saja yang rugi tetapi juga tetapi buruh tani, pedagang pengepul, pedagang eceran, para pemilik kendaraan yang biasa mengangkut sayur, dan yang tak kalah pentingnya bisa menjadi kelangkaan sayur yang menyebabkan kenaikan harga dan tentu saja akan memberatkan konsumen.

Kedua, selama perjalanan menuju ke sawah dan pulang  dari sawah sambil mengamati lingkungan hidup terutama menyangkut keberadaan air. Tentu saja semua harus saya lakukan sesuai dengan anjuran pemerintah dengan tetap menjaga jarak dengan semua orang termasuk para pemetik sayur dan tidak menggunakan transportasi umum selain menggunakan sepeda pancal alias gowes.

Kali Wendit, Maret 2020 Dokpri
Kali Wendit, Maret 2020 Dokpri
Kali Bango, 1 Maret 2020 Dokpri
Kali Bango, 1 Maret 2020 Dokpri
Dam Kalisari, Maret 2020 Dokpri
Dam Kalisari, Maret 2020 Dokpri
Kalisari, Maret 2020 Dokpri
Kalisari, Maret 2020 Dokpri
Tentang air dan sungai memang menjadi salah satu keprihatinan saya selama ini karena air dan sungai kini mulai bergeser keberadaannya sekali pun tetap menjadi kebutuhan semua mahluk hidup di dunia ini. 

Sekalipun beberapa kali saya menulis tentang air dan sungai namun tak akan bosan mengajak untuk mengubah gaya hidup yang mencampakkan sungai yang dulunya merupakan sumber kehidupan kini lebih banyak berubah menjadi saluran pembuangan limbah.  Bukan hanya di kota tetapi juga di pedesaan dan pelosok.  Tentu saja hal ini sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup semua mahluk hidup yang hidupnya di sekitar sungai dan yang paling mengerikan adalah terjadinya perubahan iklim yang tidak kita kehendaki.

Sorotan penulis kali ini hanya pada tiga sungai yakni Bango, Kalisari, dan Amprong serta saluran irigasi  di sekitarnya yang melintas di wilayah perbatasan timur kota dan kabupaten Malang yang hanya berjarak sekitar 750 m saja dari rumah namun yang penulis amati sepanjang 12 km.  

Mencampur pestisida, herbisida, dan mencuci sayur di irigasi yang sama menuju Kali Amprong. Dokpri
Mencampur pestisida, herbisida, dan mencuci sayur di irigasi yang sama menuju Kali Amprong. Dokpri
Dokpri
Dokpri
Bahkan mandi. Dokpri
Bahkan mandi. Dokpri
Kali Bango, Kalisari, dan Kali Wendit

Kali Bango yang bermataair di sekitar wilayah pegunungan Bromo yang ada di timur laut Malang merupakan salah satu anak sungai Kali Brantas dengan debit air di atas 4.000 m kubik perdetik (data sebenarnya hanya perkiraan berdasarkan penjelasan petugas pos pantau karena tidak tercatat). Tepat di perbatasan timur kota dan kabupaten Malang Kali Bango dibelah dengan sebuah Dam Kalisari menjadi dua yakni Kali Bango dan Kalisari. 

Keunikan Kalisari adalah sekitar 750m selatan dari dam, Kalisari melintas di atas Kali Bango lewat sebuah bangunan talang dari beton sehingga kali atau saluran ini disebut Kali Tumpuk atau Kali Talang. Serta di bawah Kali Talang merupakan tempat bertemunya Kali Wendit dan Kali Bango (Jawa: daerah tempuran).  Kali Wendit yang bersumber dari Sumber Widodaren merupakan salah satu mataair yang disakralkan oleh masyarakat Suku Tengger karena awalnya bersumber dari kaki Gunung Bromo.

Dam Kalisari dibangun pada masa kolonial untuk saluran irigasi dan mencegah meluapnya air atau banjir kala debit air Kali Bango naik drastis karena hujan di daerah hulu. Kalisari yang panjangnya tak lebih dari 7km ini manjadi salah satu saluran irigasi yang indah dengan hutan bambu di sebelah baratnya yang menjadi habitat burung tengkek, ayam hutan, biawak, dan udang air tawar. 

Dari titik awal dari dam hingga 1,5 km Kalisari masih cukup bersih namun bukan berarti sehat, setiap hari dijadikan tempat memancing ikan. Namun setelah wilayah tersebut, Kalisari yang berada di sisi barat Dukuh Jabon Desa Mangliawan, Desa Sawojajar dan Desa Lesan Puro airnya semakin kotor dan semakin tidak sehat karena Kalisari menjadi tempat pembuangan air limbah rumah tangga serta sampah oleh sebagian masyarakat yang belum paham arti kebersihan dan kesehatan lingkungan. Padahal di beberapa titik dijadikan tempat mandi dan cuci kecuali kakus serta dibangun beberapa kolam pemancingan yang meningkatkan perekonomian masyarakat.

Di titik selatan Desa Sawojajar yang berbatasan dengan Desa Lesanpuro, Kalisari berbelok ke timur sepanjang sekitar 1km saja dan bertemu dengan Kali Amprong di Dam Kedung Kandang. Sampah-sampah yang berasal dari wilayah  Jabon dan Sawojajar menumpuk dan menyumbat pintu barat Dam Kedung Kandang. Dam yang menarik karena di sisi baratnya telah dibangun Taman Edukasi Kedung Kandang cukup menodai keindahannya.

Kali Talang melintas di atas Kali Bango Dokpri
Kali Talang melintas di atas Kali Bango Dokpri
Kalisari 100 m dari Kali Talang Dokpri
Kalisari 100 m dari Kali Talang Dokpri
2 km dari Dam Kalisari. Dokpri
2 km dari Dam Kalisari. Dokpri
300 m dari Kali Talang. Dokpri
300 m dari Kali Talang. Dokpri
Kali Amprong dan Dam Kedung Kandang

Kali Amprong yang bermataair juga di sekitar kaki wilayah Gunung Bromo debit yang tercatat 3.400 m kubik perdetik. Keadaan Kali Amprong tak jauh berbeda nasibnya seperti Kali Bango dan Kalisari ketika masuk wilayah kota Malang. Keruh akibat erosi dari daerah atas serta sampah alami (dedaunan dan batang pohon) dan sampah rumahtangga yang sengaja dibuang warga. Serta polutan dari kegiatan pertanian di pesawahan penduduk yang terbuang dan mengalir dari irigasi menuju ke dua sungai tersebut.

Padahal di sisi selatan Desa Lesanpuro dibangun Dam Kedung Kandang dengan 3 pintu untuk mengendalikan banjir dan mengairi sawah seluas 5.164 ha serta digunakan MCK (mandi, cuci, kakus) oleh warga sehingga membuat kondisi air semakin tidak sehat. Bukan hanya itu, di sekitar dam juga banyak orang memancing dan kadang menjala ikan yang tentu saja perlu perhatian khusus apakah ikan di sungai dan dam tersebut layak konsumsi.

Di sisi lain yang harus menjadi perhatian para pemangku, sekitar wilayah Kali Bango, Kalisari, Kali Wendit dan Kali Amprong serta anakan kali atau saluran irigasi telah dibangun komplek perumahan kelas menengah dan atas yang tentu saja mengubah wajah dan keadaan sungai dari sebuah tempat yang memberi air yang merupakan sumber kehidupan kini menjadi saluran pembuangan limbah yang bisa meracuni bumi yang dapat mengubah iklim dan tentu saja sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup semua makhluk yang ada di bumi.

2 km dari Kali Talang. Dokpri
2 km dari Kali Talang. Dokpri
Kalisari 2km dari Kali Talang. Dokpri
Kalisari 2km dari Kali Talang. Dokpri
Titik akhir Kalisari di pintu barat Dam Kedung Kandang. Dokpri
Titik akhir Kalisari di pintu barat Dam Kedung Kandang. Dokpri
Pewrumahan baru hanya 30m tepi Kali Amprong sekitar 1km saja di utara Dam Kedung Kandang. Dokpri
Pewrumahan baru hanya 30m tepi Kali Amprong sekitar 1km saja di utara Dam Kedung Kandang. Dokpri
Sebuah pertanyaan pun muncul, apakah keadaan seperti bisa memacu mutasinya virus-virus menjadi virus baru yang lebih berbahaya dan mematikan bagi manusia?

0 0 0

Foto-foto di atas diambil penulis pada Minggu, tanggal 1, 15, 16, 20, 21, dan 22 Maret 2020 di mana pemerintah telah gencar melawan Covid-19 namun di sisi lain masyarakat belum menyadari arti kesehatan sepenuhnya. Sebuah upaya keras penuh perhatian harus dilakukan semua pihak dan bukan hanya pemerintah dan ahli medis tetapi juga tokoh agama, budayawan, seniman, dan tak kalah pentingnya aparat desa hingga tingkat RT dan RW.  

Keadaan ketiga kali atau sungai di atas boleh jadi merupakan gambaran sungai-sungai yang ada di wilayah Jawa yang kondisi alam dan sosial budayanya tak jauh berbeda dengan wilayah Malang. 

Mari kita tingkatkan hidup sehat dengan menjaga lingkungan termasuk sungai serta kita lawan Covid-19! Kita cegah perubahan iklim. Selamat Air Dunia 2020.

Dam Kedung Kandang. dokpri
Dam Kedung Kandang. dokpri
Menjala di bawah Dam Kedung Kandang. Dokpri
Menjala di bawah Dam Kedung Kandang. Dokpri
Bermain dan mandi 200 m di atas Dam Kedung Kandang. Dokpri
Bermain dan mandi 200 m di atas Dam Kedung Kandang. Dokpri
Dam Kedung Kandang, Sabtu, 21 Maret 2020. Dokpri
Dam Kedung Kandang, Sabtu, 21 Maret 2020. Dokpri
Seorang bapak baru saja mandi di anak Kali Amprong, 1,5 km dari Dam Kedung Kandang. Dokpri
Seorang bapak baru saja mandi di anak Kali Amprong, 1,5 km dari Dam Kedung Kandang. Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun