Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hewan Kesayanganku Ikut Menjaga Kelestarian Alam

3 Maret 2020   14:13 Diperbarui: 3 Maret 2020   18:01 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air bersih dari polusi pasti ada capung. Dokpri

Biasanya, seseorang mempunyai hewan kesayangan jumlahnya antara 2 atau 3 jenis saja dan yang paling banyak satu jenis. Misalnya hanya memelihara kucing, anjing, ular, burung, atau ayam hutan. Alasannya pun macam-macam.

Sebagai pecinta alam, hewan kesayangan saya lebih dari 6 jenis dan beraneka macam dan uniknya hewan-hewan ini jarang dipelihara orang lain, kecuali ayam kate, kodok, jangkrik dan ikan hias. Empat jenis ini saya pelihara di rumah. Ikan dipelihara di kolam seukuran 1-2m dengan air mancur seperti mata air tepi sungai. 

Sedang ayam kate selain lucu, kokoknya sebagai tanda hari telah pagi dan tanda ada bahaya seperti ada ular atau kucing masuk liar masuk halaman. Kolam dengan air mancur, ayam kate, dan ikan menjadi daya tarik para kakek dan cucunya untuk datang dan melihat serta bermain, walau pemiliknya belum punya cucu. Sedang nyanyian kodok dan jangkrik menjadi hiburan sendiri kala malam hari.

Ayam kate saya beli sepasang harganya hanya seratus ribu, ikan hias (emas dan tombro) beli anakan selusin cuma dua puluh lima ribu dan kini sudah sebesar telapak tangan. Sedang kodok dan jangkrik mencari di sawah dan kebun.

Hewan kesayangan lainnya lebih dari dua puluh, bukan dipelihara di rumah tetapi kami biarkan bebas liar di sekitar sawah dan kebun. Di antaranya kinjeng, capung, kupu, belalang, tonggeret, reknong, kodok, tokek, dan aneka burung seperti kutilang, podang, prenjak, pipit, ayam hutan, dan ayam kate.

Seperti saya sebut di atas ayam kate sengaja saya pelihara untuk membantu menjaga lingkungan. Jika ayam kate gelisah dengan kepala mendongak dan berbunyi kruk...kruk...kruk...kruk.... sudah pasti ada ular, pemangsa, atau monyet datang untuk memetik hasil kebun. Ini sebagai pertanda bahwa kami harus hati-hati.

Di kebun. Dokpri
Di kebun. Dokpri
Di rumah. Dokpri
Di rumah. Dokpri
Adanya capung di sekitar kebun dan sawah menunjukkan bahwa daerah tersebut masih bersih atau paling tidak jauh dari polusi air akibat pupuk atau pestisida. Artinya air di sungai yang mengalir di dekat gubuk kami masih bersih terutama bisa untuk digunakan sebagai air minum namun tetap harus dimasak.

Kehadiran ulat sekali pun menggelikan  tetapi juga jadi santapan burung dan kupu-kupu menjadi penyegar mata saat istirahat.

Aneka jenis burung lebih banyak berguna sebagai predator atau pemangsa alami bagi ulat yang jika berlebihan akan menjadi hama yang merusak hasil panen. Selain itu nyanyian burung bisa menjadi hiburan tersendiri apalagi jika beriringan dengan desahan angin gunung yang menggoyang pucuk-pucuk pohon dan deritan bambu serta gemerciknya air sungai.

Hewan kesayangan (bukan hewan peliharaan) penulis yang berikut ini tentu tak pernah dipelihara siapa pun. Yakni aneka jenis serangga, seperti kinjeng, aneka belalang, tonggeret dan reknong. Adanya hewan ini sebagai tanda alami bahwa kita harus segera mengakhiri pekerjaan di ladang, kebun, atau sawah. Sebab hewan ini akan berbunyi dengan menggesekan sayapnya saat menjelang sore atau  saat kabut turun dan hari menjadi gelap atau akan gerimis atau hujan. Ini adalah pertanda alami. Budaya Jawa menyebut 'ilmu titen'

Biarkan bebas.
Biarkan bebas.
Air bersih dari polusi pasti ada capung. Dokpri
Air bersih dari polusi pasti ada capung. Dokpri
Dokpri
Dokpri
Pohon nangka habitan walang kayu yang bernyanyi saat hari gelap. Dokpri
Pohon nangka habitan walang kayu yang bernyanyi saat hari gelap. Dokpri
Jika di kebun, ladang, atau sawah suara kicau burung sudah sepi dan berganti dengan nyanyian serangga atau hanya burung kedasih yang berbunyi maka kita harus mengakhiri pekerjaan. Hujan pasti turun atau paling tidak gerimis dan yang paling berbahaya dan kini sudah hampir tidak dikenal lagi adalah akan adanya luapan air sungai karena ada hujan di daerah hulu. Sungguh berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun