Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Sri Minggat 2] Please, Releasme Let Me Go

29 Februari 2020   11:12 Diperbarui: 29 Februari 2020   12:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang sangat mengejutkan ketika Mas Bejo, kepala dukuh Karang Jepun dan Pak Untung, Carik Desa Karang Jati menghadiri rapat persiapan pameran hasil pembangunan seluruh desa di wilayang Karang Bulak yang akan diadakan di alun-alun pusat kota pada tahun depan. 

Kehadiran Mbak Sri istri Pak Bagus yang pergi tanpa pesan ternyata kali ini menjadi ketua panitia atas penunjukan oleh pemerintah daerah dengan alasan agar aparat desa hingga kota tak perlu repot dan tetap menjalankan tugas melayani masyarakat. 

Bukan hanya kehadiran Mbak Sri saja yang mengejutkan, tetapi juga ada Erni, janda muda yang minta surat keterangan untuk pindah sementara dan Minul yang punya hobi menyanyi ikut serta jadi bagian dari panitia pameran.

"Saya diajak jadi salah satu anggota EOnya Mbak Sri...," kata Erni pada Mas Bejo saat istirahat makan siang.

"Apa itu EO?" tanya Mas Bejo yang memang tak mengerti isitilah anak muda kota.

"Panitia yang ngatur-ngatur kegiatan seperti ini. Enak lho...bayarannya lumayan daripada ikut derep (panen padi) sama Emak....," saut Erni dengan guyon.

"Terpenting kamu senang dan bahagia...," kata Mas Bejo sambil mengingatkan agar Erni tak salah pilih lagi seperti kala menikah dengan Cak Gandrik yang mengaku sebagai pemborong ternyata tukang tadah motor curian sehingga harus terkapar didor aparat hingga terbaring selamanya di tempat peristirahatan kekal.

"Kalau kamu Nul jadi apa?" tanya Pak Carik.

"Biasa Pak...tetap jadi penyanyi elekton tunggal," jawab Minul sambil mengedipkan mata pada Pak Untung, si carik yang sudah lama menduda. Kalau bukan di acara resmi Si Minul akan dicubit lengannya oleh Pak Untung yang kelihatan begitu gemes.

"Masih nembang campursari dan dangdut to?" tanya Pak Carik.

"Iya, tapi sekarang juga diajari nyanyi lagu-lagu lawas termasuk barat," jawab Minul dengan senyum yang menunjukkan kebanggaan.  

"Sekarang Mbak Sri tinggal di mana sih?"

"Sebaiknya Mas Untung tanya sendiri saja pada Mbak Sri. Enggak enak kalau aku yang ngomong...," jawab Minul sambil menunjuk Mbak Sri yang sedang naik panggung untuk melantunkan sebuah tembang lawas seperti yang diucapkan pembawa acara.

Dari tempat Pak Untung, Mas Bejo, Erni, dan Minul yang sedang makan, Mbak Sri dengan suara lembut dan senyuman manis menyapa para peserta rapat yang cukup terpesona dengan penampilannya.

"Para hadirin yang terkasih, sebuah kehormatan saya bisa tampil di sini untuk menyapa dan menghibur. Saya lihat yang hadir banyak seusia dengan saya sekali pun ada yang muda maka akan saya lantunkan sebuah tembang lawas yang semoga dapat mencair suasana siang yang cukup gerah ini. Secara khusus lagu ini saya persembahkan untuk Mas Bejo dan Pak Untung dari Dukuh Karang Jepun Desa Karang Jati..."

Mas Bejo dan Pak Untung menyambut dengan senyuman walau dalam hati sedikit gregetan. Sedang Erni dan Minul memberi tepuk tangan diikuti para peserta rapat.

Sejenak kemudian terdengarlah suara merdu lembut mendayu lagu seperti yang dilantunkan Engelbert Humperdinck.

Please releame let me go..... for I don't love you anymore....

Mendengar lagu itu Pak Untung sedikit gregetan mengingat keluarga Pak Bagus pergi tanpa pesan dan tentu saja ingat istrinya minggat kembali ke mantannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun