Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[Street Photography] Menangkap Geliat Kehidupan Jalanan Kota Malang

11 Februari 2020   12:31 Diperbarui: 13 Februari 2020   17:59 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang media cetak di zaman digital ini boleh dikatakan sulit menggeliat. Di sekitar alun-alun pagi hari ini hanya dua orang yang tampak asyik membaca koran sedang yang lainnya sudah sibuk dengan smartphone.

Di bawah sebuah pohon tampak seorang lelaki tua duduk sambil menikmati sebuah jajanan, ia menawarkan sebungkus jagung untuk pakan merpati seharga seribu rupiah. Jika rejeki datang ia bisa menjual 10 bungkus namun paling sering hanya bisa menjual 5 bungkus saja. Bahkan saat hujan tentu tidak laku. 

Setelah mengamati para petugas kebersihan taman dari Dinas KLH yang terus menjaga kebersihan alun-alun agar tetap indah dan nyaman sebagai tempat wisata gratis bagi warga, saya pun duduk di badukan.  

Seorang siswa sekolah dasar yang masih lengkap menggunakan seragam namun bajunya ditutupi jaket lengkap dengan tas tampak sedang menjajakan dan menawarkan makanan pada pengunjung serta orang-orang yang lalu lalang di sekitar Masjid Jami, Sarinah, kantor Kabupaten Malang, dan komplek pertokoan. 

Seorang siswa SD membolos untuk berjualan tahu krispi. Dokumen pribadi
Seorang siswa SD membolos untuk berjualan tahu krispi. Dokumen pribadi
Anak ini mengaku rumahnya di daerah timur, tetapi pulang ke arah barat. Dokpri
Anak ini mengaku rumahnya di daerah timur, tetapi pulang ke arah barat. Dokpri
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Di sudut sebuah plaza, anak ini kuajak ngobrol,  dari pengakuannya ia disuruh ibunya menjual tahu krispi untuk membeli obat untuk adiknya yang berumur dua tahun sedang sakit panas.

Sedang ayahnya yang tukang parkir belum mendapat uang. Sesuatu yang aneh dari pengakuan anak ini adalah rumahnya yang di perkampungan sekitar pusat kota namun sekolahnya jauh di dekat rumah saya. 

Apakah anak ini tidak jujur? Entahlah, namun setelah membeli sebungkus tahu kripisnya, saya berpesan jangan berbohong dan lebih baik sekolah dari pada berjualan. Ia pun mengucap terima kasih lalu berjalan menuju arah barat yang justru menjauh dari arah rumahnya.

Dari tempat mengobrol, tampak dua perempuan muda di antara puluhan karyawati gerai nasional sedang berbicang dengan pengantarnya. Wajah-wajah cantik tampak demikian semangat untuk sebuah karya mencari kesejahteraan keluarga. 

Hanya sekitar 15 m dari saya, seorang ASN sedang gelisah dan duduk di tembok pagar kantor Kabupaten Malang. Entah apa yang digelisahkan? Terlambat  masuk kantor? Sebuah sedan tampak jelas terpakir di tempat yang salah dan dilarang.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Jam 9.15 saya kembali ke alun-alun dengan menyisir Merdeka Timur, tampak di berem trotoar di sisi barat kantor Bupati Malang beberapa orang sedang duduk-duduk sambil berbincang atau membuka smartphone.

Mereka sedang mengantar putri-putrinya yang magang di sebuah mall nasional dan menunggu mall buka. Tak peduli ada larangan parkir, mereka duduk bersama seperti para pengemudi ojek online sedang menunggu calon penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun