Salah satu keunikan sepeda jengki ada yang disebut sepeda tik tik karena saat pedal tidak dikayuh akan menimbulkan suara tik...tik..tik...tik... Sepeda ini sekarang juga diburu kolektor.
Pada awal kemunculannya pada tahun 69an sepeda mini sangat ngetop dengan bel elektriknya yang kala itu masih merupakan barang mahal. Sempat ada beberapa sekolah yang melarang pemakaian bagi siswa karena dianggap pamer. Maklum kala itu jaman kalabendu...
Pada akhir tahun 70an muncul jenis sepeda baru, yakni BMX. Namun penulis memasukkan dalam jenis sepeda mini sekali pun pemakainya di luar negeri bukan hanya anak-anak. Sebab di negeri kita pemakainya kebanyakan anak-anak untuk bermain.
Pada pertengahan 80an muncullah jenis sepeda baru yakni sepeda gunung atau mountain bike dan sejenisnya. Hingga pertengahan 90an sepeda ini sempat meledak dengan berbagai even yang disebut fun bike.Â
Namun krisis ekonomi tahun 97 -- 99 membuat sepeda ini sedikit tenggelam karena harganya cukup mahal. Seiring perkembangan jaman dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, awal tahun 2010an kembali meledak hingga kini. Tumbuhlah berbagai komunitas sepeda dan aneka even, baik yang bersifat hiburan belaka maupun yang mempunyai tantangan.
Pada masa kini, masyarakat kota menggunakan sepeda sekedar untuk bersenang-senang demi kesehatan jiwa untuk menghilangkan kejenuhan rutinitas dengan sedikit mencari tantangan dengan memacu andrenalin lewat gowes ke gunung, bukit, dan lembah.Â
Harga sepeda pun beraneka macam mulai dari tiga jutaan hingga puluhan juta. Â Bahkan ada yang di atas seratus juta. Padahal untuk gowes mencari tantangan yang terpenting adalah lutut dan kebugaran fisik dan mental dan bukan harga dan merek sepeda. Â
Kala mereka tidak membawa hasil panen atau mencari rumput maka mereka ke sawah hanya mengendarai atau naik sepeda pancal saja. Apalagi jika yang dibawa hanya bekal makan, cangkul, dan sabit serta sedikit pupuk.