Kembang-kembang mau, isa dadi patuladhane manungsa kepriye nglakoni urip. Dadi kembang melati, kembang mawar, kembang tebu, kembang gedhang, tunjung sekar, utawa anggrek. Nanging panyuwunku: aja dadi kembang suwek sing ambune bacin lan urip dhewekan ora gelem kumpul liyan. Malah dadi kembang lambe.
Bunga itu bentuk, warna, dan aromanya bermacam-macam. Ada yang kecil mungil sebesar kuku jari kelingking tangan dan berwarna putih namun tidak menyebarkan aroma, misalnya bunga cabai dan bunga baladewa. Ada yang kecil dan beraneka warna tetapi baunya tak enak, sengak, atau basin, misalnya bunga telekan. Â Ada yang kecil berwarna campuran putih, semu kuning, wungu, dan aromanya agak kecut atau asam, seperti buah belimbing dan belimbing wuluh.
Bunga kecil menjadi buah kecil, misalnya cabai dan baladewa. Bunga kecil menjadi buah agak besar, misalnya aneka jeruk, belimbing, dan sawo. Bunga kecil menjadi buah besar juga ada, seperti mentimun dan terong. Â
Ada bunga yang hanya sebesar kuku ibu jari namun aroma wanginya demikian semerbak dan hanya berwarna putih saja, yakni bunga melati yang menjadi lambang cinta yang sejati hidup berkeluarga. Namun bunga melati hanya berumur sekejap mata. Sekarang mekar besok bahkan tiga jam lagi akan layu dan esok akan gugur lalu membusuk. Aroma wanginya pun sirna. Maka dari itu apakah masih pantas jika melati menjadi lambang cinta yang sejati?Â
Bunga mawar ada yang kecil, agak besar dan harum baunya namun ada juga yang tidak berbau selain hanya warna dan bentuknya yang menawan. Namun mawar tangkainya selalu berduri untuk menjaga diri supaya tak muda dipetik. Bukan tak bisa.
Ada bunga yang mekar dan menyebarkan wangi hanya saat malam hari. Seperti kemuning, wijaya kusuma, kembang buah naga, dan sedap malam. Bunga ini bisa membuat merinding orang yang lewat karena tercium aromanya. Seolah akan ditemui oleh Mbak Kunthi yang sedang sendiri dan kesepian di malam hari.Â