Jumat Wage, Wuku Landep
Suasana pesta perkawinan Anusapati di Tirtomoyo ramai sekali. Suguhan bandrek menemani joget Rangon (tayub) membuat suasana semakin meriah walau tanpa kehadiran Sang Amurwabhumi. Para sentana dan punggawa demikian terlena dan larut dalam kegembiraan. Namun semua menjadi kacau kala sang punggawa kepercayaan Ken Arok namun menjadi telik sandi (mata-mata) Anusapati, datang sambil membawa keris yang bersimbah kering.
"Apanji Tohjaya.... begundal Ken Arok telah terkapar di tanganku oleh kerismu ini...," seru sang punggawa sambil memberikan keris terkutuk itu pada Anusapati.
"Apaaa? Jadi inikah yang menyebabkan Beliau tak datang pada perkawinanku? Kau telah membunuhnya!" teriak Anusapati sambil menarik keris terkutuk itu dari tangan sang punggawa.
Lalu....jresss keris itu menusuk dan  merobek perut sang punggawa yang masih terengah-engah dan kaget mendengar teriakan Anusapati.
"Kau juga pengkhiiiiianat Anusapati....!" Seru sang punggawa sambil meregang nyawa dan menudingkan telunjuknya pada Anusapati.
Ken Dedes yang selalu tersenyum kini terperangah. Tohjaya yang tak terlalu kaget akan peristiwa itu langsung menyelinap, menarik keris terkutuk itu dari perut sang punggawa dan lari menyelamatkan diri.
Di tepi hutan lereng Redi Meru, ia beristirahat di sebuah pedukuhan Ledok Amba. Titik-titik air mata dendam turun di ujung keris yang penuh darah kutukan Empu Gandring.
"Kau pun akan terkapar dengan keris ini...." seru Tohjaya dalam batinnya di antara heningnya alam tanpa semilirnya angin gunung dan gemirciknya sungai yang mulai kering oleh api kesumat pengejar kekuasaan.
Sawojajar, Sabtu Kliwon
21.12.2019