Membantu tenaga saat akan ada pesta pernikahan dan sunatan yang biasa disebut biada bagi kaum perempuan dan sinoman bagi kaum pria. Membantu tenaga untuk membersihkan jalan desa dan kampung dari sampah atau semak yang menutup pandangan pemakai jalan. Membantu tenaga saat terjadi kebakaran, entah di kampung, desa atau hutan.Â
Gotong royong dengan tenaga dan materi  serta finansial saat ada acara bersih desa. Bahkan gotong royong dengan tenaga dalam mengentaskan kemiskinan dan mengurangi penderitaan mereka yang lemah dan tak berdaya seperti yang dilakukan oleh saudara kita seorang Kompasianer, Bambang Setyawan. Salut untuk Beliau dan kawan-kawannya.
Kemajemukan asal-usul daerah dan akar budaya serta profesi warga kelas menengah perkotaan memang sedikit menimbulkan sekat untuk menjalin komunikasi antar mereka sehingga kegotongroyongan menjadi sebuah kegiatan langka dan mustahil bisa dilaksanakan. Boleh jadi bertatap muka atau bertemu dengan tetangga sekali pun bisa jadi hanya setahun sekali.
Pertemanan dan persaudaraan tidak lagi dalam lingkup territorial seperti kampung dan dusun tetapi dalam lingkup komunitas dan pekerjaan. Inilah yang membuat pandangan mereka sedikit kabur dan hanya menjadi bayangan semu bahwa kehidupan nyata kebanyakan masyarakat perkotaan akan kegotongroyongan masyarakat Indonesia yang guyub rukun sebenarnya masih berjalan dengan baik.
Rahayu.... rahayu....
Bisa juga baca ini:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H