Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rokok, Mulai untuk Sesaji sampai Gaya Hidup Emak-emak

30 September 2019   10:10 Diperbarui: 1 Oktober 2019   03:45 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tembakau untuk tingwe (melinting dewe) Dokpri

Pertanyaan ini terlontar ke kakek saya, sekitar tahun 64an kala kami masih di Kebumen. Kala itu, Kakek mengambil sesobek daun kering pisang susu yang dilinting dengan sedikit tembakau lalu dijadikan rokok kala tak punya uang. Kakek menggeleng dan menjawab lirih,"Menghilangkan jenuh."

"Kalau rokok klembak?" tanyaku lugu. "Padha wae..." Sama saja, jawabnya enteng.

"Kok diberi menyan?" desakku yang masih SD. "Ben wangi, ndik mburi kae mambu jumbling, kandang, karo telek pitik." Biar harum, di belakang bau WC (terbuka), kandang, dan kotoran ayam.

Sejak saat itu saya memahami bahwa rokok klembak dan menyan bukanlah untuk memanggil lelembut tetapi sebagai pengharum suasana dan aroma terapi menurut kearifan lokal Jawa. Dan merokok termasuk dengan aroma kemenyan hanyalah salah satu cara untuk mendapat kenikmatan. Tak lebih.

Main rebab sambil merokok. Dokpri
Main rebab sambil merokok. Dokpri
Perupa perokok. Dokpri
Perupa perokok. Dokpri
Patung perokok dari bonggol jati hasil karya perupa dari Ngawi. Dokpri
Patung perokok dari bonggol jati hasil karya perupa dari Ngawi. Dokpri
Merokok memancing inspirasi?

Beberapa karyawan kami, kalau pikiran buntu atau saat istirahat akan merokok di tempat yang telah ditentukan. Ketika kembali bekerja mereka akan sedikit bersemangat melanjutkan tugas. Karena merokok? Mereka mengatakan tidak sepenuhnya.

Beberapa seniman ketika berkarya juga sambil merokok. Apakah inspirasi bertambah mereka? Mereka menjawab enteng jika merokok hanya kebiasaan. Tetapi ada salah satu seniman (perupa) yang terinspirasi membuat patung perokok yang terbuat dari bonggol kayu jati.

Bagaimana dengan wanita buruh tani atau pedesaan yang merokok? Gantinya menginang, jawabnya ringan. Pun mengaku tak ada faedahnya selain sedikit kenikmatan untuk melupakan kejenuhan.

Artinya merokok memang bukan sebuah kebutuhan tetapi sebuah gaya hidup berbeda untuk sebuah kenikmatan yang jika tak terpenuhi bisa membuat yang kecanduan akan kelabakan.

Jika harga rokok naik? Bisa membeli rokok putihan. Rokok tanpa cukai produksi rumahan. Tanpa bungkus kertas selain plastik. Walau membelinya tidak secara terus terang selain tutur tinular. 

Tak kuatir sakit? Ah, sudah puluhan tahun saya merokok cuma batuk-batuk karena masuk angin. Jawab seorang Emak yang sedang merokok di pinggir sawah. Dilema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun