Gubug-gubug lapak reot pun jadi kabur tertutup beningnya rebahan dua manusia.
Hayooo...kata teman wanitaku. Mungkin karena cemburu. Ah!Masih cantik kamu kok..., kataku sambil mengedipkan mata padanya.
Ia pun mencubit lenganku dengan genit. Kok tak berkedip? Katanya dengan cemberut.
Jangan cemburu dulu.....coba perhatikan dengan baik. Parangtritis sungguh terkenal seantero dunia walau tak seindah Kuta. Tapi karena mistisnya. Sayang sekali kalau pantai ini kotor dengan tebaran sampah yang tampak di belakang ikan duyung eh turis wanita ini. Tambah lagi polusi bau kotoran dan kencing kuda.
Oh.... Kamu mau nulis Protes Pelanggan di Kompasiana? Kata teman wanitaku.
Iya....aku kan sering ajak murid-muridku ke sini.Â
Lihat juga para ABG yang naik motor semaunya dengan suara bising knalpot sungguh mengganggu suasana.
Andai Parangtritis terawat tentu lebih menarik lagi bagi wisatawan mana pun. Bukan hanya sepertiku yang cuma pingin ketemu Nyai Roro Kidul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H