Usai sudah perhelatan Mandiri Jogja Marathon 2019 yang digelar akhir April yang baru saja lewat. Sebuah perhelatan yang telah berlangsung ketiga kalinya ini memang cukup luar biasa bila melihat jalur yang dilewati para peserta merupakan wilayah 13 pedesaan dengan pemandangan alam yang demikian sejuk dan menawan serta melewati peninggalan sejarah seperti Candi Prambanan dan Plaosan juga Monumen Taruna. Selain itu juga disuguhi penampilan seni budaya tradisional di sepanjang desa yang dilewati. Maka slogan Lebih Dari Sekadar Lomba bukanlah sekedar tulisan dan ucapan tapi menunjukkan bahwa perhelatan lomba marathon ini berbeda dengan yang acara yang sama di tempat lain di negeri ini. Ditambah lagi dengan keikutsertaan para atlet dari sembilan negara manca.
Beberapa pertanyaan dari hati saya pun muncul apakah perhelatan Lebih Dari Sekadar Lomba ini sudah memenuhi target yang diharapkan dengan mengenalkan keindahan alam, peninggalan sejarah, dan kearifan lokal terlebih terpecahnya atau tercatatnya rekor baru di tingkat nasional apalagi internasional?
Menyimak ungkapan Mugambi dari Kenya sebagai peraih juara 1 Mandiri Jogja Marathon 2019 agak menyesalkan sempitnya jalur atau trek dan sejalurnya untuk full marathon dan half marathon sehingga di water station  agak berjubel sehingga sulit mengatur waktu untuk mencapai target waktu yang ingin dicapainya. Boleh jadi ini hanya sebuah alasan saja sebab disisi lain dia juga memberi acungan jempol atas pengorganisasian yang rapi dari pihak panitia.
Jika melihat capaian waktu para juara Mandiri Jogja Marathon 2019, baik putra maupun putri masih jauh dari rekor dunia. Juara 1 putra Mugambi dari Kenya dengan catatan waktu 2.25.48 sedang rekor dunia dipegang oleh Eliud K dari Kenya dengan catatan waktu 02.01.39. Untuk juara 1 putri Mandiri Jogja Marathon 2019 Ann Mukhi N dengan catatan waktu 3.07. 34 jauh dari rekor dunia yang dipegang Hellai Gebrselassie dari Ethiopia dengan catatan waktu 2.03.59.
Hal lain yang cukup mengherankan adalah waktu start demikian pagi. Untuk menghindari kemacetan, menunjukkan keindahan alam saat matahari terbit, atau menghindari gerahnya iklim tropis sehingga pencapaian rekor bisa terjadi atau ada pertimbangan lain?
Lebih mengherankan lagi ketika saya membuka situs resmi IAAF (International Association of Athletics Federations) dan AIMDS (Association of International Marathons and Distance Races) yang merupakan wadah olahraga atletik dan marathon ternyata belum memasukkan even Mandiri Jogja Marathon 2019 Â dalam kalender resmi mereka.
Andaikata ini dilakukan, maka perhelatan Lebih Dari Sekadar Lomba akan lebih tercapai untuk mengenalkan negeri ini. Sebuah tantangan ke depan untuk perhelatan Lebih Dari Sekadar Lomba Mandiri Jogja Marathon 2019
Dan semoga bisa ikut. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H