Ki Supriyono sendiri dengan telaten memberi contoh bagaimana menggerakan atau menarikan gunungan dan Kertomarmo serta Setyaki pada saat itu. Budi sendiri selalu melihat kea rah Ki Supriyono kala merasa ragu akan gerak gemulai tokoh wayang yang dimainkannya.
Dua jam berlatih bukanlah waktu yang pendek bagi seorang Budi yang menurut para psikolog dan pendidik waktunya bermain. Di sisi lain ini adalah masa usia emas untuk menanamkan pendidikan termasuk di bidang seni. Maka ketika selesai latihan, hadiah utama adalah ciuman dan dekapan hangat orangtua dan tepuk tangan dari para penonton dan kami pemerhati seni tradisional yang selalu berharap lahirnya seniman-seniman tradisional yang handal dan tahan banting.
Rahayu.... rahayu...
Salam budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!