Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patung Ken Dedes Aneh di Gerbang Kantor Pemerintahan Kota Malang

21 Februari 2019   20:48 Diperbarui: 2 Juli 2021   06:18 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Ken Dedes di perbatasan kota dan kabupaten Malang sisi utara

Ken Dedes, gadis belia putri Mpu Purwa seorang pendeta Buddha Mahayana di Desa Panawijen wilayah Singosari kecantikannya memang luar biasa. Bukan sekedar cantik, namun sebagai putri  seorang pendeta  berwibawa, Ken Dedes juga sangat patuh beribadah serta menjalankan ajaran agamanya.

Karena ketaatan pada ajaran Sang Budha serta kewibawaan ayahandanya sebagai seorang pendeta yang tau bagaimana harus menjaga kehormatan keluarga, membuat para lelaki yang tertarik pada Ken Dedes hanya bisa menelan ludah menahan nafsu kerendahan yang menggelora menyesakkan dada.

Baca juga: Ken Dedes, Pembangkit Gairah dan Cahaya Terang

Adalah sebuah keindahan dan kehormatan bagi setiap perempuan yang harus menjaga kesucian dengan mandi di sebuah mata air ( Jawa: belik ) yang banyak mengalir di desa tersebut. Rupanya ritual pembersihan diri yang sering dilakukan para gadis muda Buddhis menjadi daya tarik sendiri bagi lelaki mata jalang yang suka mengintip. Tak terkecuali Tunggul Ametung, Sang Akuwu perwakilan Kedhiri di tanah Tumapel.

Arca Ken Dedes yang rusak di pelataran barat Candi Singosari.
Arca Ken Dedes yang rusak di pelataran barat Candi Singosari.
Sebagai lelaki penguasa sebenarnya, Tunggul Ametung bisa saja meminta Ken Dedes pada Mpu Purwa secara baik-baik. Namun karena kewibawaan Tunggul Ametung jauh di bawah Mpu Purwa, maka Tunggul Ametung tak mempunyai keberanian sebagai penguasa selain sebagai penculik wanita. Maka hanya kutukan atas tanah Desa Panawijen yang akan menjadi kering tanpa mata air karena perbuatan Tunggul Ametung yang menggondol Ken Dedes dari tempat tinggalnya kala Mpu Purwa menjalan kewajibannya.

Sebagai istri Tunggul Ametung  lalu menjadi istri Ken Angrok yang berhasil menghabisi Tunggul Ametung karena birahi Ken Angrok dan menjadi penguasa Singasari maka Ken Dedes menurunkan raja-raja di Jawa dan menguasai Nusantara.

Terlepas dari kehidupan kelamnya sebagai korban lelaki jahanam, Ken Dedes bukanlah wanita yang suka memamerkan kemolekannya. Ketaatan pada agama bukan sekedar putra seorang pendeta, serta ketenangannya dan sikapnya nan bijaksana dalam menghadapi kehidupan penuh gejolak, Ken Dedes menjadi lambang  Dewi Kebijaksanaan bagi pemeluk Buddha Mahayana pada jamannya.

Baca juga: Ken Dedes, Wanita Super Sepanjang Sejarah

Ken Dedes, Sang Prajna Paramita digambarkan dalam bentuk sebuah arca yang sedang bersemedi dengan wajah tenang penuh keteduhan, kedamaian, dan kebijaksanaan ( Sumber: https://id.wikipedia.org ).

Arca Prajna Paramita asli. Sumber: wikipedia.org
Arca Prajna Paramita asli. Sumber: wikipedia.org
Warga dan pemerintah Kota Malang sebagai tempat kelahiran Ken Dedes tentu saja merasa bangga pada Sang Prajna Paramita. Sekalipun sebagian bahkan banyak warga Malang yang tidak tahu banyak tentang Ken Dedes bahkan tempat kelahirannya di Desa Panawijen yang tak jauh dari pusat kota.

Sebagai tanda penghormatan pada Ken Dedes, pemerintah Kota Malang membangun sebuah arca Prajna Paramita tepat di tapal batas utara kota dan kabupaten Malang. Patung Ken Dedes setinggi sekitar 8m berada di sisi timur jalan tepat menghadap ke barat tempat Desa Panawijen kelahiran Ken Dedes.

Patung Ken Dedes ini 90 persen bentuk dan wajahnya sama seperti arca Prajna Paramita yang ada di museum nasional Jakarta. Hanya warnanya saja berbeda yakni warna perunggu bukan warna abu-abu batu seperti aslinya. Tiga tahun yang lalu sempat diganti warna putih bergaya Bali dengan maksud biar menarik perhatian. Kenyataannya justru menghilang kesan anggun Ken Dedes.  Penulis sendiri sempat menyampaikan ketidakpuasan pada penjaga atau atas perubahan warna putih tersebut. Dan, syukurlah kini kembali ke warna asal merah coklat seperti perunggu.

Patung Ken Dedes dengan wujud aneh. Mata terbuka seperti melamun serta memakai kemben. Dokpri
Patung Ken Dedes dengan wujud aneh. Mata terbuka seperti melamun serta memakai kemben. Dokpri
Rupanya, penghormatan pemerintah Kota Malang pada Ken Dedes dengan membuat patung bukan hanya di perbatasan utara saja. Di depan pintu gerbang selatan atau belakang menuju kantor pemerintahan juga ada patung Ken Dedes. Tingginya hanya sekitar 1,5 m saja. Namun patung Ken Dedes ini sungguh aneh sekali.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat "Si Berandal" Ken Angrok, Sudah Saling Mencintai dengan Ken Dedes?

Sang Prajna Paramita tubuhnya terlalu ceking  serta dalam melakukan dharmachakra-mudra tidak bersandar pada sandaran atau stella. Selain itu, Ken Dedes dalam berbusana menggunakan kotan atau kemben yang menutupi payudaranya.  Tentu saja keadaan ini 'memutar balikkan kisah atau sejarah sebenarnya.'  Entah karena terlalu rikuh dan pekewuh untuk menampilkan Ken Dedes dengan payudaranya yang montok atau ada pandangan lain atau boleh jadi sang kreator dan seniman tidak tahu sejarah. 

Padahal, payudara montok Ken Dedes bukanlah sebuah penampilan vulgar apalagi untuk menggoda. Sebab payudara merupakan lambang kehidupan yang diberikan sang ibu pada keturunannya. Ibu ( wanita ) adalah dewi kebijaksanaan yang memberi pendidikan pada manusia.

Patung Ken Dedes di depan gerbang masuk kantor pusat pemerintahan Kota Malang ini memang tak terlalu besar dan menarik. Apalagi di sebelah 5m sisi kirinya ada Tempat Penampungan Sampah ( TPS ). Namun bukan berarti peninggalan sejarah harus diubah sesuai dengan kemauan dan kondisi saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun