Patung Ken Dedes ini 90 persen bentuk dan wajahnya sama seperti arca Prajna Paramita yang ada di museum nasional Jakarta. Hanya warnanya saja berbeda yakni warna perunggu bukan warna abu-abu batu seperti aslinya. Tiga tahun yang lalu sempat diganti warna putih bergaya Bali dengan maksud biar menarik perhatian. Kenyataannya justru menghilang kesan anggun Ken Dedes. Â Penulis sendiri sempat menyampaikan ketidakpuasan pada penjaga atau atas perubahan warna putih tersebut. Dan, syukurlah kini kembali ke warna asal merah coklat seperti perunggu.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat "Si Berandal" Ken Angrok, Sudah Saling Mencintai dengan Ken Dedes?
Sang Prajna Paramita tubuhnya terlalu ceking  serta dalam melakukan dharmachakra-mudra tidak bersandar pada sandaran atau stella. Selain itu, Ken Dedes dalam berbusana menggunakan kotan atau kemben yang menutupi payudaranya.  Tentu saja keadaan ini 'memutar balikkan kisah atau sejarah sebenarnya.'  Entah karena terlalu rikuh dan pekewuh untuk menampilkan Ken Dedes dengan payudaranya yang montok atau ada pandangan lain atau boleh jadi sang kreator dan seniman tidak tahu sejarah.Â
Padahal, payudara montok Ken Dedes bukanlah sebuah penampilan vulgar apalagi untuk menggoda. Sebab payudara merupakan lambang kehidupan yang diberikan sang ibu pada keturunannya. Ibu ( wanita ) adalah dewi kebijaksanaan yang memberi pendidikan pada manusia.
Patung Ken Dedes di depan gerbang masuk kantor pusat pemerintahan Kota Malang ini memang tak terlalu besar dan menarik. Apalagi di sebelah 5m sisi kirinya ada Tempat Penampungan Sampah ( TPS ). Namun bukan berarti peninggalan sejarah harus diubah sesuai dengan kemauan dan kondisi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H