Delengen Mbak Sri sing tansah jejogedan manut sumiliring angin kang tansah kendat nentremake galih
Dik.....
Dak enteni sliramu ngancani aku ndeleng Mbak Sri sing lagi ngandut pari sauli....
Dik....
Sudah dua jam aku bersandar di pohon mangga ini dengan perut menahan lapar
Semilirnya angin semakin membuat lemah diriku yang menahan lapar
Apalagi tergoda bayangan nasi pecel yang biasa kau kirim
Dik....
Betapa teganya dikau jika aku harus makan mangga kecut yang tergantung di depan dangau.
Seakan mengejek aku yang kelaparan...
Dik....
Kau memang gendut seperti mangga yang kutanam hanya untukmu...
Dan nanti kita buat rujak setelah membersihkan sawah atau panen
Dik.....
Sudah tujuh musim kau tak menemaniku lagi.
Apa engkau lupa akan gemerciknya air pancuran di timur dangau
Apakah engkau tidak rindu kicauan burung prenjak dan ciblek yang berlompatan di pohon murbey
Dik....
Lihatlah ceret ini sudah bersiul tanda mendidih tuk membuat segelas kopi
Kapankah kau akan menemaniku  di sawah sambil menyeruput segelas kopi asli dari jagung...
Tegakah jika aku hanya ditemani Nyi Putut hantu penjaga sawah
Dik....
Janganlah cemburu yang dengan Mbak Sri yang gemulai menawan hati.
Yang mencintai kita dengan memberi makan
Seperti engkau yang tak sudi kutinggal demikian juga Mbak Sri selalu minta kutemani
Lihatlah Mbak Sri yang senantiasa menari dengan iringan angin yang tak putus selalu menawan hati
Dik...
Kutunggu engkau di sini, menemani Mbak Sri yang mengandung setangkai padi untukku...