0 0 0 0
Ketika menjelang siang, Mbak Fat kembali ke lapak ibunya tuk berjualan jamu di sana. Anehnya, jam segitu yang biasanya pasar mulai sepi mendadak menjadi ramai kembali. Terutama di sekitar lapak Mbak Fatonah karena lapaknya dipenuhi para lelaki hidung merah dan para pengemudi ojek online yang ingin istirahat dan menikmati kesegaran serta kemanjuran jamu  juga  tertarik dengan kesekseeehan Mbak Fat. Namun, kebanyakan dari mereka ternyata jago kate. Berani berkokok ga berani bertarung.
Gosip pun berkembang bahwa jamu gendong Mbak Fat sebenarnya biasa  saja alias tak terlalu manjur. Hanya saja setiap kali gelas bathok alias tempurung kelapa akan diisi jamu selalu disebul dulu, baru diisi jamu lalu diberikan pada pelanggan. Seperti Rara Mendut yang melinting rokok lalu dihisapnya dulu  baru dijual kepada lelaki yang membelinya.
Risih akan gosip yang beredar, Mbak Fat pun dengan membawa jamu olahannya sendiri dan sebuah gelas bathok lalu  pergi lereng Gunung Semeru dengan naik ojek online menemui seorang dukun.
"Mbah...jampi-jampinya diganti bisa ga?"
"Bisa saja. Tapi kalau sudah laris kenapa harus diganti?"
"Mereka kebanyakan cuma beli segelas lalu nggedabrus di sana dan selama ini ga ada yang....?"
"Yang apa to....?"
"Halaaah Mbah kok pura-pura ga tau sih.... Aku sudah bosan jadi janda ta....."
"Ooo...itu maksudmu?" kata Mbah Dukun sambil manggut-manggut dan  tersenyum.
"Mungkin kamu keliru cara menyajikan."