Jum'at, 20 April 2018 jam 14.30 suasana Pantai Depok, Bantul di Jogja cukup lengang. Hanya suara deburan dan alunan gelombang pasang yang terus menggelora tanpa henti. Perahu-perahu nelayan berjajar di tepi pantai, tanpa aktifitas nelayan yang mencolok. Selain dua orang nelayan yang sedang memperbaiki jaring yang sepertinya sedang kusut. Wisatawan yang ada di pantai pun tak lebih dari 10 orang, yang hanya duduk manis di lapak-lapak sederhana sambil menyantap ikan bakar pesanan mereka.
Mungkin karena ini bukan hari libur sehingga sepi pengunjung dan mungkin karena cuaca begitu terik dengan temperatur 31C. Atau mungkin karena Jum'at Kliwon yang merupakan hari yang cukup dikeramatkan oleh kebanyakan masyarakat Jogjakarta dan Jawa Tengah sehingga sepi aktifitas.
Hantaman gelombang yang demikian kuat, ternyata tak bisa membawa jaring agak jauh dari bibir pantai. Pak Suwarji pun harus menuju agak jauh ke tengah sekitar 25m dari bibir pantai sambil membawa jaring tersebut. Gelombang yang datang tanpa henti bukanlah hal yang ditakuti atau sekedar dikuatirkan sebagai seorang nelayan yang telah digelutinya selama lebih dari 40 tahun. Yang agak dikuatirkan hanya satu, hari ini tidak mendapat ikan sesuai dengan yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Demikian juga saat arus balik gelombang menuju ke tengah laut, Pak Suwarji melakukan hal yang sama. Ini dilakukan Beliau secara terus menerus, lengah sedikit saja akan menyeretnya ke tengah. Namun kekuatan tubuh yang telah tertempa alam dan pengalaman hidup sebagai nelayan selama puluhan tahun menyebabkan Pak Suwarji demikian tangguh.
Jam 3 sore, Pak Suwarji meninggalkan jaringnya tetap di pinggir laut untuk memberi kehidupan bagi keluarganya. Menjelang senja, Beliau akan kembali untuk memanen ikan yang terjaring. Jika beruntung, sehari bisa mendapat ikan cakalang sebanyak 2 - 3 kg. Satu kilogram ikan cakalang akan laku dijual seharga 20ribu. Artinya, Beliau bisa mendapat sekitar 40ribu -- 60ribu. Kadang nasib berbicara lain. Tak seekor ikan pun tertangkap. Namun, Pak Suwarji tak pernah putus asa. Menjaring dan menjala di tengah teriknya matahari atau di gelap dan dinginnya malam dengan badai dan gelombang yang terus menghantam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H