Di sisi lain, rupanya medan yang cukup berat dan menantang ini masih dianggap sepele oleh beberapa anak muda yang masih ceroboh dan sok bahwa mereka mampu dan berani. Berjalan cepat mendahului sesama pengunjung yang berjalan hati-hati di jalan sempit dan licin tepi jurang, berdiri di tepi dan di atas batu besar yang tinggi dan licin sekedar untuk berselfie ria, bahkan berjalan di saluran air yang melintas di atas jurang sedalam tiga puluh meter.
Maka, adanya rambu-rambu sebagai penunjuk jalan dan larangan melakukan kegiatan yang berbahaya bagi pengunjung. Jalur berat dan berbahaya sepanjang lebih kurang 7km ini hanya ada dua rambu. Di awal masuk ada sebuah pemberitahuan bahwa ada tanah longsor dan jalur ditutup. Namun pemberitahuan ini dipasang asal-asalan dan tak ada pemberitahuan kapan larangan itu  berlaku. Rambu selanjutnya hanya bersifat himbauan yang dipasang oleh pencinta alam sebuah perguruan tinggi.
Semoga semua berjalan lancar dan aman. Namun kesombongan dan kesembronoan bisa berakibat fatal dan sulit mendapat pertolongan. Seperti yang dialami penulis pada hari itu, ketika sedang membantu seorang ayah yang mengangkat anaknya melintasi bebatuan besar, justru penulis yang terpeleset dan ditolong sang ayah tadi.
Selamat berpetualang di alam bebas. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H