Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Pantun pada Masyarakat Jawa

7 April 2017   07:47 Diperbarui: 7 April 2017   16:30 3503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaman telah berubah. Pantun jarang diungkapkan.  Kritikan dan sindiran bukan hanya melalui sebuah ungkapan verbal tetapi juga lewat perbuatan yang sudah diketahui arahnya untuk menunjuk pada kesalahan seseorang. Ini juga terjadi pada pucuk pimpinan dan para tokoh maupun politikus. Tentu saja tanpa ada kesiapan mental bisa mengarah pada perselisihan dan membuat perpecahan yang tak diharapkan.

Jangan sampai ada yang berpantun seperti ini:

            Jangan bung arep disantap Yuwono ( Nasi jagung akan dimakan Yuwono)

            Yen wis kadhung arep diapakno ( Bila sudah terlanjur mau diapakan )

Mari berpantun, seperti lagunya The Favorite di atas.

            Rokok kretek taline lawe        ( Rokok kretek diikat benang )

           Omah gubuk dilabur putih      ( Ada gubuk dicat putih )

            Wong uripe aja seneng ngece( Jadi orang jangan suka mengejek )

           Gotong royong iku mesthine( Gotong royong itu semestinya )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun