0 0 0 0
Peliknya masalah kehidupan yang dihadapi seseorang sejak zaman dulu hingga masa kini kadang membuat seseorang memerlukan tuntunan kehidupan rohani agar dapat hidup dengan penuh ketenangan dan kedamaian.
Hidup religius bukan jaminan mendapat ketenangan dan kedamaian bila penghayatan ajaran agama hanya sebatas ayat-ayat suci serta terkungkung pada ajaran dogmatis, apalagi bila nilai-nilai keduniawian masih mengikat erat setiap pribadi yang menginginkan ketenangan dan kedamaian.
Di sinilah manusia sering berada di simpang jalan dan tak tahu harus melangkah ke mana dengan tepat. Bagi mereka yang merasa tak mampu, berusaha mencari teman yang bisa diajak berjalan bersama, setidaknya mencari pembimbing untuk menuntun setiap langkah hidupnya atau memberi kekuatan dalam berjalan. Maka mencarilah mereka teman dan guru sejati. Seorang guru spiritual.
Namun, karena keterikatan pada duniawi, entah menyangkut masalah kekayaan, kedudukan, ketenaran, kekuasaan, dan masalah seksualitas menjadi sebuah obsesi yang tak bisa ditinggalkan menjadi penghalang menggapai ketenangan yang diharapkan. Lemahnya kepribadian namun ingin menguasai dunia sekaligus menggapai surga, bukan guru sejati yang didapat, tetapi guru palsu yang berusaha mengeruk dan menguasai pribadi lemah yang terbuai sinar ketenaran yang membutakan mata hati.
0 0 0 0
Menemukan guru spiritual atau guru sejati memang bukanlah hal yang mudah jika masih memaksakan diri untuk hidup dalam kekuatan materi dan duniawi. Tembang macapat dandanggula di atas bisa memberi petunjuk kepada siapa sebenarnya kita dapat mencari ilmu dan belajar mengenal arti hidup sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H