Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lumbung Padi, Kini Tinggal Kenangan

12 Januari 2016   15:54 Diperbarui: 13 Januari 2016   06:26 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedang semaraknya menumbuk padi seperti yang dilukiskan oleh Ki Nartosabdo dalam tembang Lesung Jumlenggung terakhir dialami penulis pada tahun 1973 saat sunatan penulis. Memang penulis pernah melihat juga tahun 2007 di Kampung Naga dan Badui, tetapi sudah tidak semeriah dulu.
Kesuburan Tanah Jawa memang masih terjaga hanya karena penyempitan lahan dan perubahan pola tanam akibat perkembangan teknologi produksi beras kini mulai menurun. Bahkan, di semester akhir 2015 telah masuk 820 ribu ton beras impor dari negara tetangga.
Perubahan pola tanam dan teknologi ini juga mengakibatkan tidak berfungsinya lumbung padi, gledheg, sentong, dan pedaringan. Di tanah Jawa hanya di Badui dan Kampung Naga masih ditemui lumbung padi. Di Bali hanya sekitar Palasari, yang dikenal dengan nama jimeng. Dan kini lebih berfungsi sebagai tempat istirahat atau jagongan saat istirahat.
Sedang sentong masih banyak ditemui pada rumah-rumah tradisional di pedalaman Jawa, tetapi lebih berfungsi sebagai gudang. Demikian juga gledheg lebih berfungsi sebagai menyimpam perlengkapan rumahtangga. Dalam Bahasa Jawa diistilahkan ‘kanggo nyimpen bekethekan’

[caption caption="Sawah di Purworejo, Kabupaten Malang. Masih hijau."]

[/caption]
Satu hal yang kadang terlihat agak berbeda, sekalipun sudah tidak mengenal lagi tentang ritual panen padi tetapi masih ada keluarga yang menggantungkan padi di atas pintu masuk bagian dalam rumah atau di salah satu sudut rumah sebagai tanda bahwa keluarga ini sejahtera karena padi yang melimpah. Tentunya ini sebagai tanda keyakinan bahwa keluarga ini masih selalu bersyukur atas nikmat yang diterima dari Yang Maha Kuasa.

[caption caption="Tanda telah menerima kelimpahan dari panen padi."]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun