Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Sutomo, Petani dan Dukun Adat Suku Tengger di Ngadisari

19 Agustus 2015   12:05 Diperbarui: 19 Agustus 2015   12:05 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Namanya singkat dan sederhana: Sutumo. Nama khas orang Jawa yang masih banyak digunakan masyarakat pedesaan namun mempunyai arti yang cukup dalam yakni ‘keutamaan yang baik’ atau ‘mengutamakan kebaikan’ Sesuai dengan arti kata su yang berarti baik dan utomo yang berarti keutamaan.
Tinggal di Desa Ngadisari tak jauh dari lautan pasir Gunung Bromo. Hanya sekitar 20 menit menuju kawah Gunung Bromo dengan jalan kaki atau sekitar 7 menit dengan sepeda motor atau kuda. Beliau adalah seorang petani tradisional dengan lahannya yang tak begitu luas dan berada di sekitar rumahnya. Namun demikian cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena memang subur sekali. Dalam setahun, lahannya bisa menghasilkan tiga kali panenan sayur terutama sawi hijau, brambang prey, dan kentang yang memang menjadi komoditas utama di wilayah tersebut. Bila hasil panenan melimpah biasanya dijual kepada pedagang pengepul untuk dijual memenuhi kebutuhan di Pasuruan, Probolinggo, atau Malang.

Bukan hanya warga sekitar yang mengenal Pak Sutomo, tetapi sebagai seorang pemangku atau pendita bagi umat Hindu, Beliau juga dikenal oleh masyarakat Suku Tengger yang menyebar di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Bahkan umat Hindu dari daerah lain juga banyak yang mengenalnya. Misalnya dari Lumajang, Malang, Jogja, dan Bali. Karena banyak umat Hindu yang berkunjung ke Bromo selalu menyempatkan diri untuk beribadah di Pura Poten dengan dipimpin oleh Pak Sutomo. Misalnya saat umat Hindu dari Bali mengikuti upacara Tirta Yatra di Pura Poten. Pura Poten sendiri berada sekitar 400 meter utara kawah Gunung Bromo.


Sikapnya yang sederhana, santun, dan lembut serta terbuka pada siapapun semakin banyak orang yang mengenal dan menghormatinya. Masyarakat Desa Ngadisari mengenal Pak Sutomo bukan hanya sebagai seorang pemangku dan petani, tetapi juga sebagai seorang dukun atau ketua adat di Ngadisari yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan upacara tradisional Suku Tengger, seperti: Karo, Pujan, Kasada, Unan-unan, Entas-entas, dan perkawinan adat Suku Tengger. Penulis sendiri sering meminta bantuan Beliau bila ada kunjungan dari umat Hindu dari Jogja, Magelang, dan Bali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun