Putri Solo, ayune kepara nyata
Pancen pinter alelewa
Dasar putri Solo
Nganggo selendang pelangi
Sumampir ana pundaki
Cunduke kembang melati
Dadi lan pantese
Melakune kaya macan luwe
Sandal jepit penganggone
Kiyet-kiyet swarane
Kelap kelip ya suwenge
Dasar, putri Solo…..
Putri Solo
Yen, ngguyu dekik pipine
Ireng manis kulitane
Dasar putri Solo
Itulah syair salah satu lagu keroncong yang paling disukai masyarakat, Putri Solo. Lagu yang ditembangkan oleh Waljinah dan Soendari Soekotjo amat populer di dekade 60 dan 80an. Penulis gak hapal siapa pengarang lagu ini, yang jelas cukup mengherankan mengapa pengarangnya begitu terpesona pada sosok wanita Solo. Dilihat dari syair lagu tersebut sedikit mendapat gambaran bahwa wanita atau putri Solo begitu lemah lembut, cantik, dan manis senyumnya. Sayang kulitnya agak hitam. Dalam jagad pewayangan mungkin identik dengan Dewi Wara Sembadra istri pertama Raden Arjuno.
Tapi menurut penulis, selama mengunjungi Solo banyak wanitanya yang berpenampilan seperti Srikandi. Sulit untuk diam. Apalagi banyak kompasianer wanita Solo, yang dilihat dari tulisannya menunjukkan bahwa mereka wanita aktif. Sekalipun wajah mereka tidak pernah terpampang pada photo profilenya. Entah wanita dalam lingkungan keraton?
Jadi, jika diperhatikan dengan seksama putri Solo tak jauh bedanya dengan wanita Malang keturunan Ken Dedes. Sungguh lho. Gak boleh protes..... Perhatikan foto-foto di bawah ini. Jadi gadis dan wanita Malang tak kalah dengan putri atau wanita Solo.
Salam manis untuk Putri Solo....
* Foto-foto jepretan sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H