Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Senja Merah di Padang Rumput Kaldera Bromo

9 Oktober 2014   19:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:43 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaldera Bromo memang tempat yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Wilayah ini terbagi dalam dua bagian, padang rumput yang disebut wilayah Adasan berada di tenggara, selatan, dan barat. Sedangkan lautan pasir berada di wilayah utara dan timur laut Gunung Bromo dan Batok.

Bagi mereka yang senang wisata dan berpetualang di alam bebas, tempat ini menjadi salah satu tujuan yang paling menarik di Indonesia. Bagi warga Suku Tengger dan penganut Hindu ( termasuk dari Bali ) ini merupakan wilayah yang disakralkan.

Di lautan pasir terdapat Pura Poten bagi umat Hindu dan warga setempatmenjelang Upacara Kasada. Sedang di padang rumput wilayah Adasan, terutama di Watu Kutho yaitu sebuah wilayah kawah kuno merupakan tempat memberi sesaji bagi warga setempat sebelum mengadakan upacara adat tradisional.

Jalan menuju kaldera.

14128320311680136948
14128320311680136948

1412832070726442999
1412832070726442999

14128321432065939529
14128321432065939529

14128322071834847552
14128322071834847552

Rabu, 8 September 2014 jam setengah lima sore, penulis bersama istri mendapat tugas dari keluarga untuk menaruh sesaji di sana untuk persiapan Upacara Karo yang akan diadakan pada hari ini, Kamis, 9 Sepetember 2014. Jarak dari rumah memang hanya sekitar 6 km saja. Tiga km menyusuri belantara dan ladang penduduk dan tiga km menyusuri padang rumput yang mulai kering. Sekalipun sudah sering kali melintasi, namun kesempatan kali ini sungguh langka karena bertepatan dengan terjadinya gerhana bulan.

Setelah menaruh sesaji dan berdoa, kami berdua menjelajah padang rumput selama lebih kurang satu setengah jam. Kaldera yang dua bulan lalu masih tampak kuning kering, kini tampak merah bagaikan lembah di planet Mars. Bahkan, perbukitan dan tebing-tebing ada yang masih menyisakan warna hitam akibat bencana kebakaran akibat kecerobohan para wisatawan dan warga yang mencari rumput dengan membuang putung rokok seenaknya. Atau membuat api unggun untuk menghangatkan diri di malam hari.

Di gerbang kaldera tempat menaruh sesaji.

1412832264396854990
1412832264396854990

1412832345766630229
1412832345766630229

1412832394506385442
1412832394506385442

1412832448281564392
1412832448281564392

14128325691529709134
14128325691529709134

Lima tahun yang lalu, padang rumput masih tampak alami dengan jalan setapak menuju Gunung Bromo. Kini mulai tercemar dengan banyaknya sampah wisatawan. Serta bukit-bukit yang dulu begitu alami kini tergambar bekas lintasan mobil dan motor yang melakukan offroad di luar jalur sebenarnya. Inikah akibat perkembangan teknologi otomotif dan kesejahteraan kaum menengah di kota yang membutuhkan tantangan baru?

Bersyukur sekali, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru cukup tanggap akan masalah ini dengan memberi peringatan dan larangan untuk tidak keluar jalur. Tinggal kesadaran para pengunjung dan wisatawan untuk tetap menjaga kelestarian alam agar tetap indah selamanya.

1412832625648652284
1412832625648652284

1412832665675600811
1412832665675600811

14128327631926691191
14128327631926691191

1412839169655991886
1412839169655991886

[caption id="attachment_328130" align="aligncenter" width="450" caption="Macet dan mogok"]

1412832813242825838
1412832813242825838
[/caption]

14128391232088967826
14128391232088967826

[caption id="attachment_328132" align="aligncenter" width="450" caption="Landcruisser bantuan keluarga tiba."]

141283286522160563
141283286522160563
[/caption]

14128329341997805032
14128329341997805032

[caption id="attachment_328136" align="aligncenter" width="450" caption="Kamera saku tak mampu merekam gerhana bulan di kaldera."]

14128332126013633
14128332126013633
[/caption]

Jam setengah enam sore, kami masih berniat menjelajah jauh ke wilayah timur sambil berduaan menanti datangnya gerhana. Mentari senja yang akan segera keperaduannya menyinarkan cahaya jingga yang anggun.Di balik berbukitan, sinarnya menerobos dahan-dahan pinus yang ada di punggung bukit dan menghujam tebing tinggi perbukitan Tengger yang berdiri kokoh di sebelah timur kaldera dan hamparan rumput kering pun bagaikan karpet beludru warna jingga kemerahan. Apalagi saat hembusan angin mengajak rerumputan bergoyang mengajak menari dengan iringan kicauan burung malam yang mencari makan.

Cahaya mentari nan lembut tak menyengat lagi. Justru semilirnya angin dingin dan kering diiringi kepulan debu lautan pasir terasa mengigit tulang. Ingin rasanya tetap berdua di sini sambil menyusuri tepian lembah dengan mengendarai motor hingga menjelang tengah malamseperti saat malam Kasada dua bulan lalu. Di luar dugaan, kampas kopling motor habis. Semua angan menjadi buyardan tak pelak harus minta bantuan untuk segera dijemput dengan landcruisser.

Baca juga:

Kemarau di wilayah Bromo : tulisan keadaan di sana dua bulan yang lalu.

Foto-foto sendiri tanpa edit saturasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun