Pasar tradisional, bagi sebagian orang senantiasa dikonotasikan dengan tempat jual beli yang kotor, jorok, becek, dan bau. Sehingga dianggap para pedagang dan pembelinya hanyalah golongan ekonomi kelas bawah.
Pada masa kini, pasar tradisional sudah mulai ada perubahan. Lantai keramik dan penanganan sampah mulai tertib dan teratur sehingga tampak lebih bersih daripada keadaan pasar tradisional sekitar sepuluh tahun yang lalu. Bahkan sebenarnya, sejak dulu pedagang di pasar tradisional kehidupannya secara ekonomi banyak yang di atas rata-rata alias termasuk kelas menengah. Demikian juga yang belanja bukan hanya kaum ekonomi kelas bawah.
[caption id="attachment_339263" align="aligncenter" width="315" caption="Orangtua ikut mendampingi."]
Pasar tradisional sebenarnya bukan sekedar tempat jual beli tetapi juga tempat pembelajaran yang edukatif bagi para siswa. Mengajak siswa berbelanja ke pasar tradisional mempunyai nilai tersendiri disbanding berbelanja di super market. Belanja di pasar tradisional para siswa bisa belajar tawar menawar secara langsung dengan pedagang. Disinilah para siswa belajar menggunakan uang untuk membeli sesuai dengan kebutuhan dan hidup hemat serta belajar berkomunikasi dengan sesama lewat tawar menawar. Di sisi lain para siswa juga belajar untuk memilih yang baik dan bermutu sayur, buah, ikan, tempe tahu dan segala sesuatu yang akan dibeli.
Inilah yang kami lakukan untuk mendidik kemandirian, keberanian, dan ketrampilan hidup hemat di sekolah kami dengan berbelanja di pasar tradisional, pasar Klojen yang berjarak hanya sekitar seratus meter. Tentu saja, kami wajib bekerja sama dengan orangtua, yang sebenarnya jarang berbelanja di pasar tradisional, untuk terlaksananya pembelajaran ini dengan baik.
[caption id="attachment_339269" align="aligncenter" width="315" caption="Jalan kaki, pulang dari pasar tradisional."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H