Pasar Minggu, sebuah pasar yang awalnya hanya dibuka pada hari Minggu. Keberadaan Pasar Minggu sudah ada sejak lama. Seperti halnya Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Rebo, Pasar Pondok Laboe (Simplicitas), Pasar Minggu juga diadakan karena inisiatif pedagang VOC. Pada awalnya nama Pasar Minggu ini disebut Pasar Tandjong West yang buka pada hari Minggu (zondag). Namun dalam perkembangannya lebih populer disebut Pasar Minggu.
Pasar di Tandjong West yang buka pada hari Minggu (zondag), sebagai pasar swasta paling tidak sudah dicatat dalam Almanak 1834. Pasar swasta lainnya yang dicatat, antara lain di Poeloe Gadong (jumat), Pondok Gedee (senin), Tjilingsie (selasa), Bekassi (sabtu), Meester Cornelis (kamis) dan Tandjong Oost (rabu). Seperti halnya Pasar Tandjong Wesy menjadi Pasar Minggu, Pasar Tandjong Oost menjadi Pasar Rebo. Selain pasar swasta, juga dicata pasar pemerintah seperti di Weltevreden, Molenvliet dan Buitenzorg.
Lantas mengapa disebutPasar Minggu? Hal itu jelas karena dibuka pada hari Minggu. Yang menjadi pertanyaan mengapa Pasar Tandjong West menjadi Pasar Minggu? Dan sejak kapan nama Pasar Minggu muncul? Pertanyaan-pertanyaan ini sepintas tampak sepele. Mengabaikannya, kita tidak memahami apapun. Oleh karena itu masih perlu untuk memahami sejarah Pasar Minggu. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah 'sumber primer' seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Land Tandjong West, Tanjung Barat
Land Tandjong West (kini Tanjung Barat) dibangun setelah lama Tandjong (Oost) dibangun. Namun tidak diketahui sejak kapan Land Tandjong West dibangun. Paling tidak tahun 1772 Land Tandjong West dilukiskan oleh Johannes Rach sebagai Frisian di timur. Dalam lukisan itu terlihat Land Tandjong West sebagai usaha peternakan (penghasil susu) yang besar dengan 4.000 sapi perah dan 400 orang budak.
Land Tandjong Oost (Tanjung Timur, kini Pasar Rebo) dan land Tandjong West dipisahkan oleh sungai Tjiliwong. Tidak ada akses jembatan (jalan) antara landhuis Tandjong West dengan landhuis Tandjong Oost. Land Tandjong Ooost berada di jalur ekonomi perdagangan antara Meester Cornelis dan Buitenzorg di sisi timur sungai Tjiliwong (disebut jalan timur Oosterweg); sementara land Tandjong West berada di jalur ekonomi pedagangan antara Weltevreden dan Buitenzorg di sisi barat sungai Tjiliwong (disebut jalan barat Westerweg). Jalur jalan barat ini dari Buitenzorg melalui sejumlah tanah pertikelir (land): Tjiliboet, Bodjonggede. Tjitajam, Depok, Sringsing, Tandjong West, Doerian Tiga (Kalibata) dan Menteng ke Pasar Senen (Weltevreden).
Pada tahun 1830, Land Tandjong West yang kering sebagai ranch peternakan dibasahi dengan air yang yang dialirkan (membangun kanal) dari Setu Babakan. Sejak itu, sebagai land perternakan, land Tandjong West berkembang menjadi lahan pertanian yang subur. Sebelumnya, nama land Tandjong West sempat meredup. Land Tandjong West yang terkenal di era VOC, baru setelah pembangunan bendungan (Setu Babakan) dan kanal (irigasi) namanya populer kembali. Ukuran ekonomi perdagangan menjadi faktor penting popularitas suatu wilayah.
Setelah dibubarkannya VOC (1799) Pemerintah Hindia Belanda pada era Gubernur Jenderal Daendels (1809-1811) memulai konsep pembangunan ekonomi terintegrasi dengan membangun jalan pos trans-Java Anjer-Panaroekan. Jalan pos ini dari Batavia melalui sisi timur sungai Tjiliwong. Sejak itulah terminologi Oosterweg muncul (dan jalur jalan sisi barat disebut Westerweg). Proses ini tetap diadopsi selama penduduk Inggrisn (1811-1816).
Setelah kembalinya Pemerintah Hindia Belanda berkuasa, land-land di sebelah barat Westerweg berkembang pesat. Land-land Parong, Tjiniere dan Simplicitas (Pondok Laboe) terhubung membentuk jalur ekonomi perdagangan baru yang penting antara Buitenzorg dan Batavia (melalui Pasar Tanah Abang). Sejak itu jalur ini disebut Westerweg; jalur Westerweg lama disebut Middenweg. Jalur Middenweg ini adalah jalur sangat sulit dilalui, berlumpur di musim hujan. Ruas jalan Bondjong Gede (Bamboe Koening) dan Sringsing (Serengseng Sawah, kini Tanjakan UI) adalah momok bagi para crew (convoy) pedati. Berkembangnya jalur Westerweg yang baru dan lebih kering melalui Simplicitas mengakibatkan jalur Middenweg redup. Land-land yang berada di Middenweg juga redup termasuk land Tandjong West. Pembangunan irigasi di jalur Middenweg belum mampu mengatasi ketertinggalan.
Berkembangnya pertanian di Land Tandjong West memicu pembentukan pasar di land Tandjong West. Sebelumnya sudah terbentuk pasar di land Simplicitas. Jauh sebelumnya sejak era VOC sudah terbentuk pasar di Land Tandjong Oost (Pasar Rebo, kini bergeser menjadi Pasar Kramat Jati). Tiga pasar ini kurang lebih berada sejajar di selatan Batavia. Tiga pasar ini diusahakan oleh swasta yang dalam hal ini diusahakan oleh pemilik land. Situasi dan kondisi inilah yang dicatat pemerintah di dalam Almanak 1834).
Landhuis Tandjong West berada diantara jalan kuno (Middenweg) dengan sungai Tjiliwong. Akses menuju landhuis dari selatan kira-kira dari posisi stasion Tanjung Barat yang sekarang terus melalui jalan Nangka yang sekarang. Sementara akses dari utara dari jalan Poltangan yang sekarang. Posisi gps landhuis Tandjong West ini berada di pertemuan jalan Poltangan dan jalan Nangka (kini Universitas PGRI).
Pasar Tandjong West yang dibangun berada di persimpangan jalan kuno (Middenweg) menuju pasar yang berada di Land Simplicitas (Pasar Pondok Laboe). Pasar Tandjong West ini yang masih kecil menjadi semacam feeder bagi pasar besar Pasar Simplicitas. Pasar yang baru dibentuk di persimpangan di Land Tndjong West ini yang kini disebut Pasar Minggu. Jarak dari landhuis Tandjong West ke pasar Tandjong West kira-kira dua kilometer.
Nama Pasar Minggu
Jalan kuno Middenweg mulai mendapat perhatian pemerintah pada tahun 1866 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-04-1866). Jalan poros ini sudah lama terabaikan. Pemeliharaan jalan selama ini hanya terfokus pada jalan Oosterweg dan jalan Westerweg. Meski demikian, jalan Middenweg memiliki keutamaan bagi para crew (konvoi) pedati dari Buitenzorg ke Pasar Senen yakni banyak tempat yang nyaman untuk bermalam. Kini jalan Middenweg, terkesan semakin sempit karena pembangunan kanal di sisi jalan. Dan adakalanya kanal ini jebol atau airnya meluap ke jalan memperburuk lalu lintas. Jalur ini sesungguhnya tidak sepi-sepi amat, masih ada sekitar 100 pedati setiap hari. Dengan adanya rencana pemerintah dalam peningkatan mutu jalan maka jalur Middenweg akan semakin ramai. Itu berarti Pasar Tandjong West diharapkan akan bertambah ramai lagi.
Pada tahun 1869 land Tandjong West en Djagakarsa diketahui telah dibeli C Kruijmel dari Lie Eng Lie sebesar f197.500 (lihat Bataviaasch handelsblad, 28-06-1869). Keterangan ini menunjukkan bahwa Land Tandjong West telah digabung dengan Land Djagakarsa yang nilai verponding keseluruhan sebesar f155,000. Properti utama land ini adalah landhuis yang tampaknya masih berada di landhuis yang lama. Landhuis ini telah diperkaya oleh Lie Eng Lie.Â
Properti utama lainnya di dalam land ini adalah sebuah lumbung besar. Ini menunjukkan land Tandjong West telah memiliki lahan persawahan yang luas. Di dalam land ini juga terdapat dua buah rijtsmolens (gilingan padi). Ini juga mendukung keberadaan lumbung yang besar. Selain ini juga disebutkan bangunan-bangunan lainnya. Juga disebutkan bahwa land ini memiliki sebuah pasar (kongsie). Pasar yang doeloe dimiliki landheer Tandjoeng West kini dikelola sejumlah pengusaha swasta alias pasar kongsie.
Jalan kuno Middenweg sudah ditingkatkan mutunya. Perbaikan kanal juga telah dilakukan. Kanal tidak hanya memperluas pengairan tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah-tanah pertanian. Tentu saja kanal juga berfungsi untuk drainase. Lahan-lahan pertanian yang diusahakan makin luas, juga lahan-lahan sebelumnya basah tergenang (rawa) akan mengering dan dapat memperluas lahan untuk kegunaan lainnya, seperti munculnya pemukimnan baru (perkampoengan). Jalan kuno Middenweg juga akan memiliki pesaing baru yakni jalur lintas kereta api.
Pada tahun 1870 realisasi pembangunan jalur kereta api (Batavia-Buitenzorg) telah dimulai untuk ruas Batavia dan Meester Cornelis (Boekit Doeri). Jalur ini akan segera diteruskan untuk ruas Meester Cornelis hingga Buitenzorg (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 25-05-1870). Disebutkan ruas (kabupaten) selatan Meester Cornelis setelah Boekit Doeri melalui land Klein Kampong Malaioe, land Groot Kampong Malaioe, Kebon Baroe, Tandjong-Lenkong, Kebon-Dalem en Tjikoko, Pengadegan, land Pabean-Tjilauw (Doerien Tiga), Kampong Djati en Kalibata, Tjondet, Ragoenan en Tandjong West, Tanahagong (Lenteng Agoeng).
Realisasi jalur kereta api dari Batavia ke Buitenzorg rampung dan dioperasikan pada bulan Januari 1873. Satu yang menarik dalam pembangunan jalur kereta api ini terdapat nama-nama halte/stasion yang dibangun dengan nama Lenteng Agoeng dan Pasar Minggoe (lihat Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873). Padahal tahun-tahun sebelumnya jalur yang dilalui disebut land Tanahagong dan land Tandjong West. Penamaan halte/stasion ini bukan mengikuti nama land lama tetapi nama area dimana titik halte/stasion dibangun.
Besar dugaan pada tahun-tahun terakhir nama Pasar Minggoe menjadi lebih populer untuk menggantikan nama Pasar Tandjong West. Demikian juga nama land Tanahagong menjadi Lenteng Agoeng. Di dalam pemberitaan nama Pasar Minggoe kali pertama disebutkan September (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-09-1873).
Ini mengindikasikan nama tempat yang sebelumnya disebut Pasar Tandjong West telah bergeser dengan nama populer Pasar Minggu. Seperti disebut di atas, penyebutan nama hari untuk pasar di land tersebut merujuk pada hari buka pada hari Minggu (zondag). Namun yang menjadi pertanyaan tambahan, sejak kapan pasar tersebut disebut (populer) menjadi Pasar Minggoe? Besar dugaan itu terjadi setelah adanya penamaan halte/stasion kereta api tersebut dengan nama halte Pasar Minggoe. Pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terdeteksi nama Pasar Minggoe. Selama ini hanya disebut Pasar Tandjong West, karena letaknya di land Tandjong West.
Pasar Tandjoeng West sejak doeloe posisinya sangat strategis berada di jalan poros Middenweg dan memiliki jalur lalu lintas ke Pasar Simplicitas (Pondok Laboe). Sudah barang tentu Pasar Tandjoeng West semakin besar yang kini disebut dengan nama Pasar Minggoe sehubungan dengan adanya halte/stasion kereta api. Dari segi pemberitaan setelah adanya halte, nama Pasar Minggoe semakin kerap muncul bahkan telah melampaui nama Pasar Simplicitas (Pasar Pondok Laboe). Boleh jadi keadaan telah berbalik, Pasar Simplicitas yang kemudian sebagai posisi feeder. Demikian juga nama Pasar Tandjong Oost. Pasar Minggoe telah cepat menjadi bersinar terang bagaikan matahari baru di selatan Batavia.
Nama Pasar Minggu lambat laun telah menang populer dibandingkan dengan induknya Land Tandjong West. Tempo doeloe di Land Tandjong West terdapat pasar, kini sudah berbalik bahwa di Pasar Minggu terletak land Tandjong West (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-04-1887). Nama Pasar Minggu telah menjadi nama generik, bukan lagi sekadar sebagai penanda pasar yang dibuka pada hari Minggu untuk Pasar Tandjong West. Namun karena dibuka hari Minggu maka namanya disebut Pasar Minggu.
Nama pasar Minggu untuk menyebut pasar Tandjoeng West yang dibuka pada hari Minggu (zondag) sangat membingungkan bagi orang Eropa/Belanda (anomali). Sebab hari Minggu bagi orang Eopa/Belanda adalah hari libur. Akan tetapi Pasar Tandjong West justru buka pada hari Minggu. Hanya satu-satunya pasar di Tandjoeng West dibuka pada hari migggu. Di tempat lain yang cukup banyak adalah hari Selasa dan hari Sabtu. Juga yang membingungkan bagi orang Eropa/Belanda adalah bahwa hari Zondag bagi Muslim disebut hari Ahad. Oleh karenanya penyebutan nama Pasar Minggu bukan berasal dari penduduk pribumi yang umumnya Muslim. Dengan demikian dapat diduga asal nama Pasar Minggu muncul dari kalangan orang-orang Tionghoa meski asal nama hari Minggu berasal dari (bahasa) Portugis. Seperti diketahui land Tandjong West pernah dimiliki oleh pedagang kaya Tionghoa.Lalu nama inilah yang ditetapkan perusahaan kereta api untuk mengidentifikasi halte/stasion di land Tandjong West. Lantas muncul pertanyaan, apakah sebelumnya nama Pasar Minggu adalah Pasar Ahad? Idem dito penyebutan stasion/halte Lenteng Agoeng dari Land Tanah Agoeng.
Semua itu dipicu dari penamaan halte/stasion kereta api di pasar Minggu, Pasar Tandjong West. Pada tahun 1909 paling tidak nama Pasar Minggoe telah disebut secara administratif sebagai onderdistrict Pasar Minggu (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-01-1909). Demikian juga Pasar Rebo sebagai onderdistrict. Onderdistrict Pasar Minggoe dikepalai oleh seorang Asisten Wedana (Bataviaasch nieuwsblad, 21-03-1914).
Berdasarkan Peta 1914, Pasar Minggu terletak di Land Tandjoeng West en Djagakarsa di dalam distrik Kebajoran, Regenschap (kabupaten) Meester Cornelis, Residentie Batavia. Di sisi timur sungai Tjiliwong adalah Land Tandjong Oost (distrik Meester Cornelis). Secara geografis area di sekitar Pasar Minggu sudah lebih mencerminkan suatu area urban (wijk). Sementara di land induknya di sekitar landhuis Tandjong West masih terkesan rural.
Pasar Minggu semakin terkenal dengan adanya pabrik susu berkualitas 'Boerderij Pasar Minggoe' milik J Cohen (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-07-1920). Juga karena dibangunnya kebun pertanian (landbouw) milik departemen pertanian pada tahun 1925 tidak jauh dari pasar di Pasar Minggu. Semua itu membuat nama Pasar Minggu melambung ke langit.
Nama land Tandjoeng West (en Djagakarsa) lambat laun menghilang (dihapus). Kampong Pasar Minggoe telah naik kelas menjadi wijk (semacam kelurahan). Wijk Pasar Minggu dikepalai oleh seorang Wijkmeester (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-07-1925). Pada tahun 1927 muncul tuntutan dari warga agar perawatan jalan Pasar Minggu (nama lama Buitenzorgweg) dialihkan ke pemerintah Gemeente Batavia. Selama ini anggaran pemeliharaan berasal dari (kabupaten) Meester Cornelis. Tuntutan ini boleh jadi muncul karena area Pasar Minggu telah berkembang menjadi area orang Eropa/Belanda. Ternyata tuntutan itu dapat diadopsi oleh pemerintah Gemeente Batavia berdasarkan persetujuan gemeenteraad (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-02-1928). Pemerintah (kabupaten) Meester Cornelis tentu saja tidak keberatan.
Pada tahun 1930 Regentschapraad Meester Cornelis menyetujui alokasi anggaran perawatan jalan dari Pasar Minggu hingga perbatasan di Serengseng (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-04-1930. Pada waktu yang relatif sama keputusan dewan provinsi West-Java meminta dewan kabupaten Meester Cornelis untuk melakukan pinjaman sebesar f50.000 untuk pembangunan bangunan pasar yang baru di Pasar Minggu (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-07-1930).
Dalam sensus penduduk 1930 Pasar Minggu diidentifikasi bukan lagi sebuah desa tetapi telah menjadi kelurahan (wijk). Sebagai area urban dimana terdapat pasar besar, di Pasar Minggu juga terdapat kantor polisi. Hingga berakhirnya era kolonial Belanda, Pasar Minggu tetap berada di wilayah administratif distrik Kebajoran Regenschap Meester Cornelis. Pada tahun 1934 sisa-sisa kejayaan Land Tandjong West masih terlihat berupa bangunan landhuis seperti foto yang ditampilkan di atas dan produsen (pabrik) susu di Pasar Minggu, De Friese Terp.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H