Mohon tunggu...
Arel Fariq
Arel Fariq Mohon Tunggu... Lainnya - Kompasiano

Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Pasar Minggu, Hubungannya dengan Tanjung Barat

4 Juli 2023   11:53 Diperbarui: 4 Juli 2023   12:09 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Landhuis Tandjong West berada diantara jalan kuno (Middenweg) dengan sungai Tjiliwong. Akses menuju landhuis dari selatan kira-kira dari posisi stasion Tanjung Barat yang sekarang terus melalui jalan Nangka yang sekarang. Sementara akses dari utara dari jalan Poltangan yang sekarang. Posisi gps landhuis Tandjong West ini berada di pertemuan jalan Poltangan dan jalan Nangka (kini Universitas PGRI).

Pasar Tandjong West yang dibangun berada di persimpangan jalan kuno (Middenweg) menuju pasar yang berada di Land Simplicitas (Pasar Pondok Laboe). Pasar Tandjong West ini yang masih kecil menjadi semacam feeder bagi pasar besar Pasar Simplicitas. Pasar yang baru dibentuk di persimpangan di Land Tndjong West ini yang kini disebut Pasar Minggu. Jarak dari landhuis Tandjong West ke pasar Tandjong West kira-kira dua kilometer.

Nama Pasar Minggu

Jalan kuno Middenweg mulai mendapat perhatian pemerintah pada tahun 1866 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-04-1866). Jalan poros ini sudah lama terabaikan. Pemeliharaan jalan selama ini hanya terfokus pada jalan Oosterweg dan jalan Westerweg. Meski demikian, jalan Middenweg memiliki keutamaan bagi para crew (konvoi) pedati dari Buitenzorg ke Pasar Senen yakni banyak tempat yang nyaman untuk bermalam. Kini jalan Middenweg, terkesan semakin sempit karena pembangunan kanal di sisi jalan. Dan adakalanya kanal ini jebol atau airnya meluap ke jalan memperburuk lalu lintas. Jalur ini sesungguhnya tidak sepi-sepi amat, masih ada sekitar 100 pedati setiap hari. Dengan adanya rencana pemerintah dalam peningkatan mutu jalan maka jalur Middenweg akan semakin ramai. Itu berarti Pasar Tandjong West diharapkan akan bertambah ramai lagi.

Pada tahun 1869 land Tandjong West en Djagakarsa diketahui telah dibeli C Kruijmel dari Lie Eng Lie sebesar f197.500 (lihat Bataviaasch handelsblad, 28-06-1869). Keterangan ini menunjukkan bahwa Land Tandjong West telah digabung dengan Land Djagakarsa yang nilai verponding keseluruhan sebesar f155,000. Properti utama land ini adalah landhuis yang tampaknya masih berada di landhuis yang lama. Landhuis ini telah diperkaya oleh Lie Eng Lie. 

Properti utama lainnya di dalam land ini adalah sebuah lumbung besar. Ini menunjukkan land Tandjong West telah memiliki lahan persawahan yang luas. Di dalam land ini juga terdapat dua buah rijtsmolens (gilingan padi). Ini juga mendukung keberadaan lumbung yang besar. Selain ini juga disebutkan bangunan-bangunan lainnya. Juga disebutkan bahwa land ini memiliki sebuah pasar (kongsie). Pasar yang doeloe dimiliki landheer Tandjoeng West kini dikelola sejumlah pengusaha swasta alias pasar kongsie.

Jalan kuno Middenweg sudah ditingkatkan mutunya. Perbaikan kanal juga telah dilakukan. Kanal tidak hanya memperluas pengairan tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah-tanah pertanian. Tentu saja kanal juga berfungsi untuk drainase. Lahan-lahan pertanian yang diusahakan makin luas, juga lahan-lahan sebelumnya basah tergenang (rawa) akan mengering dan dapat memperluas lahan untuk kegunaan lainnya, seperti munculnya pemukimnan baru (perkampoengan). Jalan kuno Middenweg juga akan memiliki pesaing baru yakni jalur lintas kereta api.

Pada tahun 1870 realisasi pembangunan jalur kereta api (Batavia-Buitenzorg) telah dimulai untuk ruas Batavia dan Meester Cornelis (Boekit Doeri). Jalur ini akan segera diteruskan untuk ruas Meester Cornelis hingga Buitenzorg (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 25-05-1870). Disebutkan ruas (kabupaten) selatan Meester Cornelis setelah Boekit Doeri melalui land Klein Kampong Malaioe, land Groot Kampong Malaioe, Kebon Baroe, Tandjong-Lenkong, Kebon-Dalem en Tjikoko, Pengadegan, land Pabean-Tjilauw (Doerien Tiga), Kampong Djati en Kalibata, Tjondet, Ragoenan en Tandjong West, Tanahagong (Lenteng Agoeng).

Realisasi jalur kereta api dari Batavia ke Buitenzorg rampung dan dioperasikan pada bulan Januari 1873. Satu yang menarik dalam pembangunan jalur kereta api ini terdapat nama-nama halte/stasion yang dibangun dengan nama Lenteng Agoeng dan Pasar Minggoe (lihat Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873). Padahal tahun-tahun sebelumnya jalur yang dilalui disebut land Tanahagong dan land Tandjong West. Penamaan halte/stasion ini bukan mengikuti nama land lama tetapi nama area dimana titik halte/stasion dibangun.

Besar dugaan pada tahun-tahun terakhir nama Pasar Minggoe menjadi lebih populer untuk menggantikan nama Pasar Tandjong West. Demikian juga nama land Tanahagong menjadi Lenteng Agoeng. Di dalam pemberitaan nama Pasar Minggoe kali pertama disebutkan September (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-09-1873).

Ini mengindikasikan nama tempat yang sebelumnya disebut Pasar Tandjong West telah bergeser dengan nama populer Pasar Minggu. Seperti disebut di atas, penyebutan nama hari untuk pasar di land tersebut merujuk pada hari buka pada hari Minggu (zondag). Namun yang menjadi pertanyaan tambahan, sejak kapan pasar tersebut disebut (populer) menjadi Pasar Minggoe? Besar dugaan itu terjadi setelah adanya penamaan halte/stasion kereta api tersebut dengan nama halte Pasar Minggoe. Pada tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terdeteksi nama Pasar Minggoe. Selama ini hanya disebut Pasar Tandjong West, karena letaknya di land Tandjong West.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun