Pasar Tandjoeng West sejak doeloe posisinya sangat strategis berada di jalan poros Middenweg dan memiliki jalur lalu lintas ke Pasar Simplicitas (Pondok Laboe). Sudah barang tentu Pasar Tandjoeng West semakin besar yang kini disebut dengan nama Pasar Minggoe sehubungan dengan adanya halte/stasion kereta api. Dari segi pemberitaan setelah adanya halte, nama Pasar Minggoe semakin kerap muncul bahkan telah melampaui nama Pasar Simplicitas (Pasar Pondok Laboe). Boleh jadi keadaan telah berbalik, Pasar Simplicitas yang kemudian sebagai posisi feeder. Demikian juga nama Pasar Tandjong Oost. Pasar Minggoe telah cepat menjadi bersinar terang bagaikan matahari baru di selatan Batavia.
Nama Pasar Minggu lambat laun telah menang populer dibandingkan dengan induknya Land Tandjong West. Tempo doeloe di Land Tandjong West terdapat pasar, kini sudah berbalik bahwa di Pasar Minggu terletak land Tandjong West (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-04-1887). Nama Pasar Minggu telah menjadi nama generik, bukan lagi sekadar sebagai penanda pasar yang dibuka pada hari Minggu untuk Pasar Tandjong West. Namun karena dibuka hari Minggu maka namanya disebut Pasar Minggu.
Nama pasar Minggu untuk menyebut pasar Tandjoeng West yang dibuka pada hari Minggu (zondag) sangat membingungkan bagi orang Eropa/Belanda (anomali). Sebab hari Minggu bagi orang Eopa/Belanda adalah hari libur. Akan tetapi Pasar Tandjong West justru buka pada hari Minggu. Hanya satu-satunya pasar di Tandjoeng West dibuka pada hari migggu. Di tempat lain yang cukup banyak adalah hari Selasa dan hari Sabtu. Juga yang membingungkan bagi orang Eropa/Belanda adalah bahwa hari Zondag bagi Muslim disebut hari Ahad. Oleh karenanya penyebutan nama Pasar Minggu bukan berasal dari penduduk pribumi yang umumnya Muslim. Dengan demikian dapat diduga asal nama Pasar Minggu muncul dari kalangan orang-orang Tionghoa meski asal nama hari Minggu berasal dari (bahasa) Portugis. Seperti diketahui land Tandjong West pernah dimiliki oleh pedagang kaya Tionghoa.Lalu nama inilah yang ditetapkan perusahaan kereta api untuk mengidentifikasi halte/stasion di land Tandjong West. Lantas muncul pertanyaan, apakah sebelumnya nama Pasar Minggu adalah Pasar Ahad? Idem dito penyebutan stasion/halte Lenteng Agoeng dari Land Tanah Agoeng.
Semua itu dipicu dari penamaan halte/stasion kereta api di pasar Minggu, Pasar Tandjong West. Pada tahun 1909 paling tidak nama Pasar Minggoe telah disebut secara administratif sebagai onderdistrict Pasar Minggu (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-01-1909). Demikian juga Pasar Rebo sebagai onderdistrict. Onderdistrict Pasar Minggoe dikepalai oleh seorang Asisten Wedana (Bataviaasch nieuwsblad, 21-03-1914).
Berdasarkan Peta 1914, Pasar Minggu terletak di Land Tandjoeng West en Djagakarsa di dalam distrik Kebajoran, Regenschap (kabupaten) Meester Cornelis, Residentie Batavia. Di sisi timur sungai Tjiliwong adalah Land Tandjong Oost (distrik Meester Cornelis). Secara geografis area di sekitar Pasar Minggu sudah lebih mencerminkan suatu area urban (wijk). Sementara di land induknya di sekitar landhuis Tandjong West masih terkesan rural.
Pasar Minggu semakin terkenal dengan adanya pabrik susu berkualitas 'Boerderij Pasar Minggoe' milik J Cohen (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-07-1920). Juga karena dibangunnya kebun pertanian (landbouw) milik departemen pertanian pada tahun 1925 tidak jauh dari pasar di Pasar Minggu. Semua itu membuat nama Pasar Minggu melambung ke langit.
Nama land Tandjoeng West (en Djagakarsa) lambat laun menghilang (dihapus). Kampong Pasar Minggoe telah naik kelas menjadi wijk (semacam kelurahan). Wijk Pasar Minggu dikepalai oleh seorang Wijkmeester (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-07-1925). Pada tahun 1927 muncul tuntutan dari warga agar perawatan jalan Pasar Minggu (nama lama Buitenzorgweg) dialihkan ke pemerintah Gemeente Batavia. Selama ini anggaran pemeliharaan berasal dari (kabupaten) Meester Cornelis. Tuntutan ini boleh jadi muncul karena area Pasar Minggu telah berkembang menjadi area orang Eropa/Belanda. Ternyata tuntutan itu dapat diadopsi oleh pemerintah Gemeente Batavia berdasarkan persetujuan gemeenteraad (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-02-1928). Pemerintah (kabupaten) Meester Cornelis tentu saja tidak keberatan.
Pada tahun 1930 Regentschapraad Meester Cornelis menyetujui alokasi anggaran perawatan jalan dari Pasar Minggu hingga perbatasan di Serengseng (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-04-1930. Pada waktu yang relatif sama keputusan dewan provinsi West-Java meminta dewan kabupaten Meester Cornelis untuk melakukan pinjaman sebesar f50.000 untuk pembangunan bangunan pasar yang baru di Pasar Minggu (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 22-07-1930).
Dalam sensus penduduk 1930 Pasar Minggu diidentifikasi bukan lagi sebuah desa tetapi telah menjadi kelurahan (wijk). Sebagai area urban dimana terdapat pasar besar, di Pasar Minggu juga terdapat kantor polisi. Hingga berakhirnya era kolonial Belanda, Pasar Minggu tetap berada di wilayah administratif distrik Kebajoran Regenschap Meester Cornelis. Pada tahun 1934 sisa-sisa kejayaan Land Tandjong West masih terlihat berupa bangunan landhuis seperti foto yang ditampilkan di atas dan produsen (pabrik) susu di Pasar Minggu, De Friese Terp.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H