Berbeda dengan komunikasi lisan, komunikasi visual jauh lebih mudah diingat. Kita pasti masih ingat kalau warna merah pada lalu lintas hampir pasti berarti berhenti atau hati-hati. Mereka juga punya legitimasi yang kuat. Itulah kenapa proklamasi bangsa kita ditulis meskipun hanya berisi dua kalimat dan terkesan buang-buang kertas. Mereka juga tidak akan dipengaruhi oleh keadaan emosi penuturnya karena mereka tidak mudah untuk diubah. Itulah sebabnya komunikasi visual adalah raja semua media komunikasi.
Literasi seharusnya tidak diartikan sesempit membaca. Literasi juga seharusnya mencakup konsisten dengan apa yang dibaca dan terbaca. Tanpa konsistensi, tulisan tidak akan punya legitimasi. Orang tidak akan peduli dengan mereka, toh mereka menyesatkan. Bertanya mungkin bisa menjadi solusi sementara, tetapi kita perlu ingat bahwa komunikasi lisan tidak akan pernah bisa sepowerfull komunikasi visual.
Mau sampai kapan kita berhenti memakai mesin kopi yang rusak?
~CuriouSniff
Tulisan ini sudah terbit di platform Medium dengan judul dan penulis yang sama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H