Sangat berbahaya jika pihak dari salah satu pasangan calon yang melakukan narasi-narasi seperti itu terpilih menjadi pemimpin negara. Karena pasti ada kecenderungan untuk otoriter dan merusak aturan main bersama dalam sebuah negara demokrasi.Â
Levitsky dan Ziblatt, menawarkan solusi untuk melihat pesaing politik bukan sebagai musuh. Karena jika dianggap sebagai musuh, ketakutan pesaing akan menang akan muncul. Hal ini akan membuat pihaknya menghalalkan segala cara untuk menang, bahkan menggunakan praktik negatif, berita bohong bahkan kekerasan.
Buku ini menjelaskan bahwa kunci untuk menjaga demokrasi adalah menjujung tinggi toleransi dan kesabaran akan pengendalian diri.
***Â
Kenapa menurut saya ketiga buku tersebut penting dibaca? Pertama, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya muslim. Buku "Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan" mengajarkan bagaimana agar masyarakat kita mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan ekonomi seperti negara Eropa Barat dengan melihat sejarah kemajuan dan ketertinggalan negara Muslim yang terjadi sebelumnya yang sebabnya berasal dari satu hal yang sama, yakni politik.Â
Kedua, Indonesia adalah negara yang berlandaskan pancasila. Negara Indonesia kaya akan keragaman masyarakatnya, mulai dari suku, etnis, ras, budaya sampai agama. Dengan membaca buku "The Righteous Mind" kita bisa memahami perbedaan pandangan moral dan ideologi, mengedepankan dialog untuk saling memahami, menunjukkan persamaan dan menyadari bahwa masyarakat Indonesia menghadapi masalah yang sama meski berbeda pandangan politik dan agama, sehingga apa gunanya berdebat moral dan ideologi yang tidak akan ada habisnya?Â
Ketiga, Indonesia adalah negara demokrasi. Buku "Bagaimana Demokrasi Mati" memberi pelajaran berharga bagi masyarakat agar menjaga demokrasi tetap utuh. Mengedepankan toleransi, dan mencegah matinya demokrasi dari dalam serta mendeteksi oknum yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia.Â
Jujur, saya tidak ingin mengalami lagi saat-saat Pemilu dan Pilpres yang penuh caci maki, saling benci, bertengkar. Sungguh, gak sehat.Â
Semoga saat Pilpres, masyarakat lebih fokus pada visi, misi, program, rekam jejak, dan kompetensi. Bukan narasi orang baik dan orang jahat yang menurut saya sudah basi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H