Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

3 Buku yang Harus Dibaca Sebelum Pilpres 2024

20 Januari 2021   17:28 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:45 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada 3 buku yang harus dibaca untuk bekal nih sebelum Pilpres 2024, emang apa aja ya? (theepochtimes.com)

Sangat berbahaya jika pihak dari salah satu pasangan calon yang melakukan narasi-narasi seperti itu terpilih menjadi pemimpin negara. Karena pasti ada kecenderungan untuk otoriter dan merusak aturan main bersama dalam sebuah negara demokrasi. 

Levitsky dan Ziblatt, menawarkan solusi untuk melihat pesaing politik bukan sebagai musuh. Karena jika dianggap sebagai musuh, ketakutan pesaing akan menang akan muncul. Hal ini akan membuat pihaknya menghalalkan segala cara untuk menang, bahkan menggunakan praktik negatif, berita bohong bahkan kekerasan.

Buku ini menjelaskan bahwa kunci untuk menjaga demokrasi adalah menjujung tinggi toleransi dan kesabaran akan pengendalian diri.

*** 

Kenapa menurut saya ketiga buku tersebut penting dibaca? Pertama, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya muslim. Buku "Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan" mengajarkan bagaimana agar masyarakat kita mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan ekonomi seperti negara Eropa Barat dengan melihat sejarah kemajuan dan ketertinggalan negara Muslim yang terjadi sebelumnya yang sebabnya berasal dari satu hal yang sama, yakni politik. 

Kedua, Indonesia adalah negara yang berlandaskan pancasila. Negara Indonesia kaya akan keragaman masyarakatnya, mulai dari suku, etnis, ras, budaya sampai agama. Dengan membaca buku "The Righteous Mind" kita bisa memahami perbedaan pandangan moral dan ideologi, mengedepankan dialog untuk saling memahami, menunjukkan persamaan dan menyadari bahwa masyarakat Indonesia menghadapi masalah yang sama meski berbeda pandangan politik dan agama, sehingga apa gunanya berdebat moral dan ideologi yang tidak akan ada habisnya? 

Ketiga, Indonesia adalah negara demokrasi. Buku "Bagaimana Demokrasi Mati" memberi pelajaran berharga bagi masyarakat agar menjaga demokrasi tetap utuh. Mengedepankan toleransi, dan mencegah matinya demokrasi dari dalam serta mendeteksi oknum yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia. 

Jujur, saya tidak ingin mengalami lagi saat-saat Pemilu dan Pilpres yang penuh caci maki, saling benci, bertengkar. Sungguh, gak sehat. 

Semoga saat Pilpres, masyarakat lebih fokus pada visi, misi, program, rekam jejak, dan kompetensi. Bukan narasi orang baik dan orang jahat yang menurut saya sudah basi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun