Kasus penembakan anggota FPI, mengundang banyak tanggapan dan asumsi dari banyak kalangan. Kejadian ini membuat masing-masing kubu saling memberikan klaim kebenaran. Sehingga kasus tersebut menimbulkan beragam spekulasi.
Beberapa tokoh angkat bicara tentang isu ini, salah satunya penceramah Ustadz Abdul Somad (UAS).
Selain meminta bantuan Komnas HAM untuk menelusuri kasus yang telah menewaskan enam anggota FPI, UAS juga memberikan pandangan terkait peristiwa tersebut.
Menurut beliau membunuh manusia tidak dapat dibenarkan sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah dalam agama apapun dan ganjaran bagi mereka yang melakukannya adalah neraka Jahanam.
"Siapa yang membunuh satu orang maka dia sama seperti membunuh semua orang... siapa yang membunuh orang beriman maka balasannya adalah neraka jahanam" dalam postingan video di akun twitter, @Hilmi28
Meski begitu, UAS mengajak masyarakat untuk tidak terprovokasi serta banyak berdoa dan tetap bijak dalam bermedia sosial.
Selain UAS, Rocky Gerung seorang pengamat politik juga berpendapat tentang bentrokan antara anggota FPI dan anggota polisi yang terjadi di Tol Cikampek ini. Ia melihat bahwa adanya kronologi yang berbeda dalam kasus penembakan laskar FPI.
Rocky Gerung mengatakan, jika peristiwa ini disebut dengan 'misteri' maka perlu untuk membongkar asumsi yang ada pada 'misteri' tersebut . Menurutnya satu tokoh yang sesuai untuk memecahkan masalah ini adalah Sherlock Holmes.
"Kalau dia misteri, kita harus bongkar asumsi-asumsi dari misteri itu. Mungkin kita perlu Sherlock Holmes." Ujarnya dalam channel Youtube Rocky Gerung Official
Sherlock Holmes dalam ceritanya memang selalu bisa diandalkan untuk menyelesaikan setiap kasus dengan luar biasa, hanya mengandalkan logika pikirannya.
Dalam cerita pendek ataupun novelnya, setiap kasus yang ditangani Sherlock membutuhkan data-data yang kuat untuk menganalisis dan mencari jalan keluar permasalahan. Bung Rocky  juga berbicara mengenai scientific evidence terkait metode yang digunakan tokoh detektif ini yang dihubungkan dengan kasus penembakan laskar FPI.
"Tentu kasus ini perlu dibuka dengan scientific evidence, dengan bukti-bukti scientific. Misalnya CCTV, uji balstik, itu bersifat teknis ya.." lanjutnya
Sebelumnya Polda Metro Jaya menjelaskan bahwa enam orang laskar FPI tersebut sebelumnya melakukan serangan kepada aparat sehingga pihak kepolisian mengambil tindakan dengan menembak mereka.
Peristiwa ini mengundang banyak sorotan berbagai pihak, timbulnya klaim kebenaran dan perbedaan kronologi menimbulkan prasangka, spekulasi dan ragam penilaian. Sehingga dorongan untuk mengusut tuntas kasus ini semakin mencuat.
Terlepas dari ancaman neraka dan juga sosok Sherlock Holmes dalam kasus ini, publik menantikan jawabannya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI