Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagi Public Figure, Internet Sudah Seperti Warung Kopi "Transparan"

7 Desember 2020   14:51 Diperbarui: 7 Desember 2020   16:27 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau yang lebih baik lagi mungkin bisa menggunakan 'warkop privat'. 'warkop privat' merujuk pada aplikasi chat messenger, seperti Whatsapp, Line atau Telegram. Yang pasti berisikan kontak sahabat nongki yang sudah sehati.

Artinya begini, dalam kehidupan bermasyarakat ada ranah privat (diri sendiri, keluarga, sahabat, teman) ada juga ranah publik (tetangga, rekan kerja, organisasi, lembaga). Sama seperti kehidupan internet ada ranah privat (chat messenger, akun privat media sosial) ada juga ranah publik (status, story, konten, postingan, dan media sosial).

Terkait ranah publik di kehidupan internet, jika followers media sosialnya selaras dengan ranah privat pastinya akan lebih baik  dalam melakukan interaksi, meskipun saya tidak menjamin jika ada hal di luar itu yang bisa mengganggu dan menimbulkan masalah.

Terkecuali untuk tokoh masyarakat seperti selebriti, tokoh politik dsb, mereka harus lebih bijak dalam berinteraksi sosial. Pastinya mereka memiliki banyak followers. Followers tersebut bisa terbagi menjadi fans, mengidolakan, satu pemikiran, satu frekuensi, tapi ada juga yang asal suka, cuma ingin kepo, ada yang asal ngikut, pasif, bahkan ada yang juga seorang haters.

Nah, karena banyak yang mengikuti, maka mereka (public figure) harus berhati-hati ketika nongkrong (ngobrol). Harus tahu ranahnya (privat atau publik), jika sudah tahu ranahnya pastikan tempat nongkrongnya dan lingkungannya sesuai atau tidak dengan apa yang akan dibicarakan (tempat atau medianya dan audiens).

Karena bagi public figure tempat nongkrong mereka di kehidupan internet sangat 'transparan', masyarakat bisa mendengar semua, bisa melihat semuanya. Kedaulatan netizen dijunjung tinggi, UU ITE bisa mencekal.

Meski norma dalam kehidupan internet sepertinya bergantung pada algoritma (sepertinya?) yang mungkin bakal berujung pada 'siapa yang benar-benar menyukai dan menjadi pengikut mereka' dan 'siapa yang tidak termasuk' .

Sehingga batas baik dan buruk bisa saja tergantung pada 'siapa yang benar-benar menyukai dan menjadi pengikut setia mereka'. Dan bisa dihitung, hanya beberapa orang yang bisa jujur, apa adanya dan menjadi diri sendiri di kehidupan berinternet dan tidak terlalu memperdulikan kedaulatan netizen. Public figure seperti itu sangat jarang ditemukan.

Namun demi selarasnya kehidupan bermasyarakat dan berinternet yang baik, perlu kita sadari bahwa dalam berinteraksi kita harus berhati-hati dimanapun itu. Kita harus mawas diri. ranah privat dan publik di kehidupan berinternet sangat abu-abu, tidak jelas.

Mungkin bagi kami masyarakat biasa, nongkrong di 'warkop publik' tidak terlalu besar resikonya. Bicara dan berpendapat bisa bebas (kebebasan berpendapat!), toh malah bisa jadi kedaulatan netizen. Tetapi bagi public figure, nongkrong di 'warkop publik' resikonya gak main-main.

Rasanya public figure lebih cocok ngopi sendiri sambil nulis diary, biar keresahannya bisa keluar semua dan gak ada ganjaran resiko apa-apa, toh diceritain sendiri, disimpen sendiri. Miris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun