Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lagi #DirumahAja, Main Medsos dan Game? No! Kecanduan Novel? Yes!

16 Juni 2020   09:31 Diperbarui: 16 Juni 2020   10:59 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eitss. Bukan Novel Baswedan yang akan saya bahas disini ya.

Disini saya menceritakan pengalaman dua minggu terakhir saya setelah menonaktifkan media sosial dan menghapus "game" adiktif dari smartphone. 

Saya mencoba untuk mencari kebiasaan lain yang bisa menggantikan candu saat bermain "game" dan "scrolling" gak jelas di media sosial ketika mempunyai banyak waktu luang. Terutama ketika #DirumahAja.

Saat itulah saya mencoba untuk membaca novel. Dan saya ketagihan.

Sebelumnya saya memang senang bermain "game" dan intensitas itu semakin meningkat kala pandemi menyerang negeri ini.

Aktivitas saya ketika waktu luang cuma mantengin media sosial dan bermain "game" (PES 2020 terutama).

Saya bekerja dan membantu orangtua hanya sebentar, saat pagi saja. Ya, gitu jadi pedagang jajan. Sambilan sembari menunggu panggilan wawancara lamaran pekerjaan, yang jujur saja sangat jarang saat ada corona ini.

Berbeda saat sebelum corona menyebar, panggilan interview terhitung cukup banyak. Ya, nasib sudah.

Apalagi saat melihat media sosial terutama Instagram, ada rasa selalu membandingkan diri dengan teman-teman lain yang berujung pada pikiran negatif. Bikin pusing lalu tiba-tiba merasa stres.

Ketika stres gak jelas itu melanda, saya pun bermain "game" untuk meredakannya. Alhasil, kalau menang saya senang tapi kalau kalah malah jadi merana.

Selain itu minus di mata saya bisa jadi bertambah jika diteruskan. Radiasi layar smartphone berbahaya, mata saya juga sering berair dan berat rasanya.

Kedua aktivitas tersebut malah jadi lingkaran tak berujung yang membelenggu. Makanya saya ingin mencari hal yang baru yang bisa menggantikan aktivitas tersebut.

Candu harus digantikan dengan candu. Begitu pikir saya.

Saya mencoba untuk menghapus dan menonaktifkan media sosial saya (Instagram dan Facebook terutama), serta menghapus "game" di smartphone.

Lalu saya mulai membaca novel yang pernah saya beli sebelumnya. Jujur saja saya sudah pernah membeli novel tapi tidak saya baca sampai habis.

Pertama saya meneruskan untuk membaca novel "Kim Ji-yeong, 1982". Saya cukup mengantuk ketika membaca cerita teks-teks saja, maklum saya memang lebih suka baca komik karena ada visualnya.

Rasanya bosan saat mencoba untuk fokus membaca novel. Ketika bosan itu muncul entah kenapa saya mengambil smartphone dan mencoba membuka media sosial.

Padahal media sosial yang sering saya gunakan sudah saya hapus. Mungkin itu efek kebiasaan ketika lagi gabut dan suntuk-suntuknya, kita sering membuka layar smartphone dan "scrolling" media sosial.

Akhirnya saya coba taruh smartphone itu jauh dari saya. Dan lebih fokus untuk memahami setiap kalimat dan paragraf pada novel yang saya baca.

Menariknya, saya bisa terikat dengan karakter dan situasi di novel "Kim Ji-yeong, 1982" ini. Saya mulai bisa mengimajinasikan situasi, pengalaman, perilaku, perasaan sang tokoh pada novel yang saya baca.

Aneh, padahal hanya teks saja, tapi kenapa imajinasi itu terasa nyata dan dekat dengan saya. Disini saya mulai tertarik sekali dengan novel.

Berbeda ketika membaca sebuah komik ataupun menonton anime yang diadaptasi dari sebuah manga. Rasanya novel memberi jalan pikiran pada pembacanya untuk mengaktifkan situasi imajiner tersendiri yang luar biasa.

Bahkan ketika divisualisasikan atau diperagakan ke dalam suatu adegan. Bisa saja imajinasi kita lebih hebat dari adegan itu. Serasa imajinasi kita saat membaca novel, sudah semacam "bioskop" dalam pikiran.

Saya terkagum, dengan modal teks saja, pembaca bisa terhanyut dan merasakan apa saja yang ada dalam novel itu. Tentu saja saya harus membaca dengan baik agar bisa memahami apa yang saya baca.

Tak jarang saya mencoba berkali-kali membaca sebuah paragraf agar paham dan bisa mengimajinasikannya dengan baik.

Setelah membaca novel "Kim Ji-yeong, 1982", saya mencoba untuk melihat "book review" dari Youtube dan juga mengecek website goodreads untuk melihat ulasan dari sebuah novel.

Dari situlah saya membeli novel-novel lain untuk saya baca. Total saya sudah membeli 11 novel semenjak membaca novel pertama.

Karena saya suka hal-hal misteri dan menegangkan, saya membeli novel-novel bergenre horror, thriller, psychological, detective, mystery semacamnya. Novel yang saya beli adalah Confessions, Another 1-2, Murder at Shijinso, Hyouka 1-4, Penance, Girls in the Dark, dan Holy Mother

Keputusan saya sepertinya tidak salah untuk membeli novel-novel tersebut, malahan saya seperti terjebak dalam novel. Total saya dalam dua minggu ini saya sudah membaca lima (5) novel.

Suatu hal yang bikin saya kaget dan cukup bikin bangga diri, jika melihat jumlah setiap novel yang berkisar kurang lebih 300-400 halaman. Padahal sebenarnya saya melihat diri saya sebagai orang yang malas membaca.

Tetapi meski sepertinya saya sudah kecanduan dengan novel,  hal ini saya rasa cukup berdampak baik bagi saya.

Karena setelah saya menghapus  dan menonaktifkan "medsos" serta "game" yang ada di smartphone selama dua minggu ini, saya merasa tenang, tidak mudah cemas, sedih dan stres akibat dari membandingkan diri dari "medsos" serta merasa kesal dan marah ketika kalah bermain "game".

Selain itu mungkin (mungkin lho ya), aspek literasi saya jadi meningkat. Saya mulai bisa memahami dan mencoba untuk mengerti setiap kata dan kalimat yang saya baca. Menjabarkan situasi dan karakter yang ada di novel dengan bahasa saya sendiri agar saya lebih paham.

Jika saya bisa memahami setiap paragraf yang ada di novel dengan baik, maka saya bisa mengimajinasikan hal tersebut dengan baik di pikiran saya.

Rasa puas dan senang ketika bisa memahami bacaan dan ikut terhanyut dengan cerita yang ada di novel menjadi hal yang berbeda yang tidak bisa saya dapatkan hanya dengan bermain "game" dan "scrolling" media sosial.

Otak saya sepertinya jadi berproses dengan baik ketika membaca novel.  Pemahaman terkait bacaan menjadi meningkat. Suatu dampak baik yang saya dapatkan setelah membaca beberapa novel.

Mungkin karena saya jenuh berada #DirumahAja dan sering bermain "medsos" dan "game", kecanduan tersebut tergantikan dengan candu yang lain, yakni novel. Dan candu yang baru ini membawa dampak positif sejauh ini.

Akhir kata, sebisa mungkin kurangi main "medsos" dan "game", dan coba mulailah membaca novel!

Selamat membaca~

Kritik dan Saran terbuka untuk tulisan ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun