Dari apa yang sudah saya tulis ini, bisa saja mereka hanyalah pemuda yang sedang mencari jati diri mereka. Meski melalui jalan yang salah. Mungkin juga mereka belum benar-benar mengerti ideologi Anarko seperti apa.Â
Mereka bisa saja hanya mengetahui simbol Anarko tanpa mengetahui makna sebenarnya. Di mata mereka simbolnya keren dan melambangkan perlawanan dan perjuangan, ya pemahaman cuma sampai situ aja. Masih naif mungkin.
Ingin menyuarakan pendapat agar mendapat perhatian, vandalisme mungkin cocok sambil nuangin sifat semi artistik mereka, agar terlihat "cool" dan beda. Kan masih banyak cara lain untuk menyuarakan pendapat agar dilirik pemerintah.Â
Padahal vandalisme sudah merupakan suatu tindak kriminal. Jiwa kritikus memang harus dibarengi dengan aksi yang "badass" tapi mereka malah kelewatan. Mainnya provaktif, anarkis lagi. Pemerintah mana bakal suka, iya kan?Â
Sumber : 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6
Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Kritik dan Saran Terbuka untuk Tulisan Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H