Mohon tunggu...
Ardtel TamaraSiahaan
Ardtel TamaraSiahaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menempuh pendidikan di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Etika sebagai Metode Pengendalian Diri dari Jerat Judi Online

5 Juni 2024   10:08 Diperbarui: 5 Juni 2024   10:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" yang artinya "kebiasaan". Ia merujuk pada sistem prinsip, cita-cita moral, praktik (adat, istiadat, etiket), dan apa yang benar dan salah mengenai hak dan kewajiban suatu kelompok atau masyarakat. Sederhananya, etika akan memandu kita untuk memutuskan tindakan apa yang perlu/boleh untuk diambil dan apa yang perlu kita pahami secara kolektif.[4] Disini kita akan membahas mengenai teori etika egoisme etis dan teori etika utilitarianisme untuk membandingkan teori mana yang dapat dipakai sebagai metode pengendalian diri pejudi online.

Egoisme etis adalah manusia harus bertindak dengan berlandaskan kepentingan diri sendiri (self-interest), tindakan tersebut jika memberikan akhir yang menguntungkan bagi si pelaku maka masih dapat dianggap etis. Sedangkan utilitarianisme yang berasa dari bahasa Yunani "utilis" yang artinya "bermanfaat" adalah tindakan dapat dikatakan baik jika memberikan manfaat bagi sebanyak mungkin orang, bukan hanya si pelaku tindakan. Teori ini dikenal juga dengan istilah "the greatest happiness of the greatest numbers".

Sekilas kita akan berpikir bahwa pejudi online mungkin saja memakai etik egoisme etis dalam membenarkan tindakan mereka. Mereka menggunakan laman judi online dengan tujuan mendapatkan keuntungan meskipun bisa saja uang yang dipakai berasal dari pinjaman, uang darurat, hasil curian, dll. Asal menang, maka nantinya tindakan itu dapat dibenarkan karena pada akhirnya akan menguntungkan si pelaku judi online. Namun, sebenarnya hal ini tidak sepenuhnya benar dikarenakan tidak ada kepastian akan hasil akhirnya. Dalam situasi judi online pejudi sebenarnya berada dalam situasi yang merugi. Mulai dari kerugian waktu, adiksi yang bisa merenggut banyak kesempatan, merusak moral dan mental, sampai kerugian finansial karena kekalahan yang didapat si pejudi.

Sedangkan pemberlakuan teori etika utilitarianisme terhadap pejudi online sebenarnya hampir sama dengan teori etika egoisme etis, yang menjadi perbedaannya adalah siapa yang mendapat keuntungan dari tindakan itu. Dalam egoisme etis yang mendapat keuntungan hanya si pelaku dari tindakan dan untuk utilitarianisme yang mendapat keuntungan adalah kepentingan orang banyak. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa dalam teori etika utilitarianisme dengan kondisi pejudi pasti berada dalam posisi merugi maka yang dirugikan bukan hanya si pelaku tetapi juga orang di sekitarnya mulai dari orang tua, keluarga, teman-teman bahkan sampai merugikan negara.

Melihat banyaknya pihak yang dirugikan termasuk diri sendiri, pejudi online harusnya dapat memilih teori etika utilitarianisme dalam menumbuhkan pengendalian diri khususnya untuk generasi muda. Mulai dari kesenangan dan keuntungan yang didapat hanya akan bertahan sementara, ketidakpastian kemenangan karena probabilitasnya yang kecil, sampai seringkali terjadi bahwa modal yang dikeluarkan lebih besar dibanding kemenangan yang didapat. Dengan pemikiran bahwa tindakan judi online ini akan merugikan pelaku terutama orang terdekat pastinya seseorang dengan niat untuk mengendalikan diri dapat menilai bahwa teori utilitarianisme akan sangat efektif untuk menjadi alasan tidak menyentuh atau melanjutkan permainan judi online. Ditambah lagi menurut teori utilitarianisme meskipun ciri khas utamanya adalah keuntungan bersama, teori ini lebih memandu kita untuk memilih tindakan yang lebih mulila dibanding aktivitas judi online.

Maka dari itu, sebenarnya etika dapat dijadikan sebagai salah satu cara utama untuk mengendalikan diri untuk semua hal, khususnya dalam menghindari judi online. Ketika etika dijadikan sebagai salah satu panduan hidup dan benar-benar dilaksanakan maka kemampuan untuk mengendalikan diri akan semakin tinggi dan seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hubungan pengendalian diri dan tingkat adiksi pada judi online adalah negatif, menjadikan tingkat penggunaan judi online bisa semakin rendah.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Nita, Herlan Pratikto, Akta Ririn Aristawati, and Fakultas Psikologi. "Kecenderungan Adiksi Judi Online Pada Penjudi Online: Bagaimana Peran Self-Control?" INNER: Journal of Psychological Research 2, no. 4 (2023): 888--95.

 

Fitriya, Delis, Nur Hidayah, Diana Febrianty Putri, Farha Salsabila, Sam Rizqi Yunaenti, Tarisa Nuryanti, and Asep Rudi Nurjaman. "Menelaah Fenomena Judi Online (Slot) Di Kalangan Mahasiswa Dalam Perspektif Hukum Islam Di Indonesia." Jurnal Kajian Agama Dan Dakwah 2, no. 3 (2024): 1--18.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun