"Jangan sungkan untuk meminum kopi ini, nak. anggap saja ini bagian rezeki mu di sore hari ini"
"Terimakasih atas jamuannya, pak"
"Bukankah sudah seharian kau membawa sepucuk amplop coklat, sampai kau lupa merayakan kehidupaan dengan segelas kopi"
"Hahaha, bapak sangat paham betul"
Aku pun dengan rasa penuh kagum dan hormat, menerima dengan kerendahan hati jamuan yang diberikan oleh bapak penyanyi jalanan. Tak ada cemilan istimewa, kita bersenda gurau melalui obrolan. Kadang kala kita bernyanyi. Pada setengah gelas kopi, bapak penyanyi jalanan menatap pikiranku melalui gaya bicaraku padanya.
"Hey, nak. Kau tidak seperti kebanyakan anak muda lainnya" tuturnya sambil memasang wajah keheranan
"Maksud, Bapak?"
"Begini, nak. Kebanyakan hal layak, bisa dikatakan di masa muda. Sudah mapan dengan pekerjan tetap. Lantas apa permasalahan belum mendapatkan pekerjaan?"
"Entahlah, pak. Sudah beberapa iklan-iklan lowongan pekerjaan ku jelajahi, tapi disatu sisi aku juga melihat banyak orang-orang di PHK berkata sulit untuk mencari pekerjaan"
"Hahaha, Nak. Kau seorang terpelajar bagaimana bisa dirimu tak diterima di perusahaan atau paling tidak ikut tes pegawai negeri"
"Nah itu, permasalahannya aku tidak tau. Mungkin letak permasalahannya ada latarbelakangku"