Mohon tunggu...
Ryan Ardiansyah
Ryan Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Tak ada kosa kata yang mampu mengambarkan

Barangkali kopi kita kurang diaduk

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angin Laut Timur dan Puisi Lainnya

19 Oktober 2024   01:07 Diperbarui: 19 Oktober 2024   02:23 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mempuisikan Gambar

Pena Tuhan telah digerakkan

menggambar garis takdir.

Dengan mata ini aku melihat

oval, persegi, segita

tapi bentuk nasib aku tak bisa begitu melihat jelas

Rekonstruksi waktu seolah-olah berbicara tentang eksistensialisme warna hidup

Esok dan esok hanyalah sebuah abstrak

Kisah yang lalu hanya sebuah keindahan monokrom

Di tepi frame aku berdiam

menghisap kretek sambil

memandang kenestapaan pada komplementer

Diantara pilihan hidup

aku tak pernah bisa memilih

kadang putih

mungkin besok hitam

atau abu-abu

Bogor, 6 November 2023

Angin Laut Timur

Angin laut timur meriwayatkan tentang kerinduan seseorang kepada makhluk ciptaan Tuhan.

Angin laut timur telah menceritakan tentang kecintaan seseorang kepada wanita pemilik kacamata.

Angin laut timur telah mendongengkan tentang sebuah nama dalam doa seseorang kepada Tuhan.

Bogor, 5 November 2023

Cintaku Platonik

Datang tanpa undangan

kau datang dalam mimpi

lalu pergi tanpa salam

di waktu subuh

Sudah yang ketiga kali bahkan lebih

kau berkunjung ke dalam mimpiku

Aku bertanya maksud mu berkunjung untuk apa

untuk rindukah, untuk cintakah, untuk kasihkah

Bukankah kau sudah tau

Cintaku adalah cinta platonik

yang sombong menempuh jalan panjang

yang berdiri arogon ditengah abad kekosongan

Yang ku tau kau lebih suka cinta kapitalisme

yang mehegemoni rindu

dengan segala hasrat membabi buta

menggerus segala duka

hingga tak ada yang tersisa dari airmata

2023

 

Post-simulakra

Ditengah kebingungan mutlak dan semu

aku meletakkan pilihan

lalu menangkap bayangan

Kemana lagi langkah ayunan kaki

sejenak musafir terhenti

membuka pertanyaan

pada batu yang terukir air ujan

Oh Tuhan-ku

Jika aku datang padamu dengan keserakahan

maka hakimi aku dengan sifat pengasih-Mu

Jika aku datang padamu dengan kesombongan

maka hakimi aku dengan sifat

Maha Kuasa-Mu

Bogor, 4 Desember 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun