Internet dan Menjelang Era Digital
Menjelang era digital di Indonesia kita perlu melihat bagaimana digitalisasi itu hadir dalam yang waktu yang singkat dan memberikan konteks politk terhadap perusahaan media, pemerintah dan warga. Kehadiran teknologi komunikasi pada akhir 1990an menjadi sebuah tapak tilas munculnya internet. Hadirnya, sebagai media baru yang muncul langsung dihadapi dengan sebuah ketidakpastian. Dikarenakan pada saat itu di Indonesia sendiri, yang termasuk negara di wilayah Asia tersebut mengalami krisis ekonomi dan hal ini memicu lengsernya tumbangnya kekuasaan rezim Orde Baru.
Menurut Send an Hil, dalam bukunya yang berjudul Media, Culture, and Politis in Indonesia mengatakan peran internet sangat krusial sebagai medium baru untuk menembus batas-batas sensor terhadap media cetak. Namun, demikian penggunanya hanya masyarakat perkotaan kelas menengah yang dapat menyuarakan ketidakpuasan terhadap rezim orde baru.
Sebagaimana yang diharapkan dari perpindahan pemerintahan otoriter ke demokrasi pada tahun 1998 membuahkan hasil terhadap langsap media menjadi lebih bebas. Menurut David T Hill dan Krisna Sen, The Internet in Indonesia's New Democracy mengatakan bahwa layanan kawat berita internet JOYO mengumpulkan dan menyebarkan berita setiap harinya kepada wartawan melalu surat elektronik. Layanan ini sangat berhasil, milisnya tumbuh dari 6 pengguna pada 1996 menjadi 4.000 pada 1998.
Jatuhnya Soeharto membuahkan proses yang menarik dalam dunia media Indonesia. Hal ini dikarenakan karena dunia media menjadi terbuka yang dianggap sebagai  "mahkota reformasi" yaitu UU Pres No. 40 Tahun 1999. Mahkota reformasi ini mengakhiri keharusan adanya izin pemerintah dalam menerbitkan Surat Izin Usaha Penerbit Pers (SIUPP). Secara keseluruhan menghasilkan pertumbuhan menakjubkan pada tubuh pasar media di Indonesia, tidak sampai disitu pemain dan konten jauh lebih beragam pada masa ini. Banyak melahirkan kolom pendapat dan komentar terkait isu-isu di masyarakat.
Gerakan Sosial Baru di Dunia Digital
Sebuah gagasan dan perjuangan merupakan suatu gerakan yang berupayah melakukan perubahan atas penolakan suatu kemapanan yang tidak berpihak kepada masyarakat kelas bawah dan menularkan gagasan ke lintas negara, dan hari ini Internet dan Media Sosial memberikan warna baru bagi tradisi lama itu.
Kemunculan zaman digital memberikan pengaruh terhadap masyarakat. Sebagian besar elemen masyarakat dapat mengakses informasi secara terbuka dan lebih beragam dari masa sebelumnya. Informasi ini muncul dalam media sosial, membuat masyarakat mudah dan terjangkau untuk mendapatkan informasi secara luas dan singkat.
Sehingga, suatu Informasi melalui media teknologi dan alat penunjangnya dikatagorikan sebagai kebutuhan primer dalam kehidupan sekarang. Media sosial dimanfaatkan oleh sebagian orang atau kelompok untuk melakukan suatu pendekatan dan komunikasi bertujuan untuk mensosialisasikan suatu kegiatan yang memerlukan dukungan. Dalam hal ini, media sosial menjadi sebuah fasilitas komunikasi dua arah yang kita tidak dapatkan pada media konvensional.
Ini menandakan sebuah REALITAS dunia berubah dari waktu ke waktu, sehingga kedinamisme itu membawa sebuah pola dan gaya politik baru di zaman digital terutama di setiap generasi. Media sosial telah memberikan wadah komunikasi yang luas tanpa batasan ruang dan waktu, dengan wadah tersebut masyarakt dapat menghirup, menganalisis dan mengajukan sebuah perlawanan dengan pertanyaan-pertanyaan besar.
Kehadiran media sosial dalam kehidupaan masyarakat merubah berbagai tatanan yang sudah dibuat dan dicapai oleh media konvesional. Salah satunya gerakan sosial yang muncul dengan pola yang baru. Gerakan sosial baru ini merupakan gerakan yang kontemporer yang bertujuan untuk mengajakan dan mempengaruhi masyarakat guna mencapai kesadaran tertentuk yang bermaksud peka terhadap isu yang mulai mengacui terhadap ketidakadilan dalam struktrur kehidupan sehari-hari. Gerakan sosial baru ini lahir dari rahim ketidakpuasan serta kritik pegiat, akademisi, seniman dan masyarakat terhadap pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat.
 Umumnya gerakan sosial baru ini menjadi gerakan sosial kolektif media dairing yang salah satu membentuknya komunitas dan mempunyai tujuan untuk memberikan kebebasan kepada lapisan masyarakat, baik pekerja dan usia untuk membangun suatu kekuatan selagi mereka membahas dan peduli terhadap isu yang sama.
 Dalam kurun waktu kurang lebih satu dekade terakhir, gerakan sosial politik bergemuruh di tiap-tiap sudut dunia. Di mulai dengan Arab Spiring yang menyapu Tunisa, mesir hingga Syira, serta aksi Revolusi Payung di Hongkong. Dan aksi radikal yang dikomandoi oleh ISIS. Tidak, hanya sampai di situ di Indonesia pun terjadi dalam kurun satu tahun ini tepatnya bersamaan dengan satu tahun kepemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Fenomena ini didukung dengan media sosial untuk menarik dan memobilisasi massa.
 Peran media sosial tidak bisa diabaikan begitu saja, karena tidak terlepas dari perubahan gerakan sosial politik yang bergemuruh disetiap penjuru. Hal ini menyatakan bahwa sahny sikap masyarakat tidak apolitis. Sebaliknya, ini menjadikan sebuah indikasi bahwa masyarakat mempunyai sikap partisipasi yang beragam di platform media sosial.
Keberadaan media sosial merupakan wadah-wadah informal politik yang membuka suatu sudut pandangan dan isu-isu yang terjadi di dalam negri maupun di luar negri. Kecendrungan budaya politik hari ini lebih mengedepan media digital ketimbang media konvensional sehingga menculnya gaya politik ini lebih sering dilakukan oleh pemuda, bagi mereka media konvensional terlalu ketinggalan zaman, ribet dan sulit dijangkau.
 Memang tidak bisa dipungkiri juga, adanya sebuah trending terhadap isu di media sosial menjadi wadah kesempatan untuk mencari popularitas, apalagi tren tersebut di labeli oleh akun-akun bercentang. Akan tetapi itu selagi apa yang disampaikan itu tidak blunder, hal ini tidak menjadi masalah dan yang terpenting mengedukasikan diri terhadap isu yang disuarakan.
Dari Hastag Menuju Persimpangan Jalan
Pada tahun 2007 silam Twitter merilis sebuah fitur yang menarik yaitu Hastag atau Tagar. Fitur ini digunakan oleh pengguna Twitter untuk mengikuti suatu perbincangan tertentu. Hal ini memungkinkan pengunanya untuk mengambil infomasi tentang suatu topik tertentu dengan cepat. Kemunculan Hastag atau Tagar oleh Twitter di latar belakangi, banyaknya pengguna Twitter di San Fransisco yang merasa binggung dengan bagaimana mengikuti sebuah topic atau kisah dengan tema tertentu di media sosial tersebut.
Ide hastag ini sepenuhnya bukan ide orisinal dari Twitter, jauh sebelum Twitter yang memakainya. Menurut Stowe, rekan Messina (pencetus hastag) "Orientasi Messina menggunakan hastag datang dari ruangan obrolan IRC (Internet Relay Chat)". IRC merupaka sistem perpesanan yang hadir bersamaan dengan keberadaan Internet. IRC pengguna symbol # pertama yang digunakan untuk fitur  ruang Chatting. Semisal #London, hal ini menandakan sebuah kanal percakapan warga London.
Meskipun, dalam perkembangannya hastag telah memutar roda sejarah yang jauh dari awal kelahirannya, terutama dalam konteks sosial politik. Lexi Pandel, kolomnis Wired mengatakan hastag tealah berevolusi lebih dari hanya sebatas symbol digital dunia maya. Hastag, sukses mempengaruhi pemilihan umum hingga memicu gerakan sosial.
Dalam setahun terakhir di Indonesia, ada dua aksi yang melibatkan elemen masyarakat sipil untuk turun kejalan. Aksi itu berhastag #ReformasiDikorupsi dan #MosiTidakPercaya. Aksi ini bergema di Jakarta dan Yogyakarta serta tidak ketinggal di berbagai daerah.
Aksi bertajuk #ReformasiDikorupsi digelar pada pekan terakhir September hingga pekan awal Oktober 2019, satu tahun silam. Mengangkat satu isu krusial yang diusung adalah penolakan terhadap pengesahan revisi UU KPK, yang dianggap mencedarai KPK dan dianggap menjadi langkah mundur dalam pemberantaasan korupsi. Dan para demonstran mendesak agar presiden segera menerbitkan Perppu yang mengembalikan kewenangan KPK.
Kemudian pada aksi bertajuk #MosiTidakPercaya yang menolak pengesahan RUU Cipta Kerja. Nafas akhir perjuangan ini masih terasa hingga satu tahun kepemerintahan Jokowi-Ma'ruf, bukan hanya menjelang akhir Oktober itu tapi di grup-grup whatsapp atau di Internet banyak orang yang bertanya tentang draf yang asli dikarenakan banyaknya draf tentang RUU Cipta Kerja yang beredar dengan jumlah halaman yang berbeda.
Baik itu Aksi #ReformasiDikorupsi ataupun #MosiTidakPercaya, kita tahu bahwa aksi itu berangkat dari symbol Tagar (#) yang ramai di Platform Media Sosial yang membuat para pengguna untuk memantau serta memberi informasi terbaru terkait isu yang diangkat. Hal ini senanda apa yang diungkapkan Chris Messina yang merupakan pencetus ide hastag di Twitter. Ia mengatakan pada The New York Times Simbol hastag merupaka jalan paling kuat untu berpartisipasi di Media Sosial.
Kini hastag bukan hanya sebagai sebuah penanda percakapan, akan tetapi perkembanganya membawa pada titik dimana hastag itu menjadi sebuah tanda sikap politik di dunia maya atau dunia nyata itu sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI