Mohon tunggu...
Ryan Ardiansyah
Ryan Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Tak ada kosa kata yang mampu mengambarkan

Barangkali kopi kita kurang diaduk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warna Baru dalam Gerakan Sosial di Zaman Digital

31 Oktober 2020   21:23 Diperbarui: 31 Oktober 2020   21:29 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.disruptiveadvertising.com/wp-content/uploads/2018/12/HASHTAG-1280x720.jpg

Ini menandakan sebuah REALITAS dunia berubah dari waktu ke waktu, sehingga kedinamisme itu membawa sebuah pola dan gaya politik baru di zaman digital terutama di setiap generasi. Media sosial telah memberikan wadah komunikasi yang luas tanpa batasan ruang dan waktu, dengan wadah tersebut masyarakt dapat menghirup, menganalisis dan mengajukan sebuah perlawanan dengan pertanyaan-pertanyaan besar.

Kehadiran media sosial dalam kehidupaan masyarakat merubah berbagai tatanan yang sudah dibuat dan dicapai oleh media konvesional. Salah satunya gerakan sosial yang muncul dengan pola yang baru. Gerakan sosial baru ini merupakan gerakan yang kontemporer yang bertujuan untuk mengajakan dan mempengaruhi masyarakat guna mencapai kesadaran tertentuk yang bermaksud peka terhadap isu yang mulai mengacui terhadap ketidakadilan dalam struktrur kehidupan sehari-hari. Gerakan sosial baru ini lahir dari rahim ketidakpuasan serta kritik pegiat, akademisi, seniman dan masyarakat terhadap pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat.

 Umumnya gerakan sosial baru ini menjadi gerakan sosial kolektif media dairing yang salah satu membentuknya komunitas dan mempunyai tujuan untuk memberikan kebebasan kepada lapisan masyarakat, baik pekerja dan usia untuk membangun suatu kekuatan selagi mereka membahas dan peduli terhadap isu yang sama.

 Dalam kurun waktu kurang lebih satu dekade terakhir, gerakan sosial politik bergemuruh di tiap-tiap sudut dunia. Di mulai dengan Arab Spiring yang menyapu Tunisa, mesir hingga Syira, serta aksi Revolusi Payung di Hongkong. Dan aksi radikal yang dikomandoi oleh ISIS. Tidak, hanya sampai di situ di Indonesia pun terjadi dalam kurun satu tahun ini tepatnya bersamaan dengan satu tahun kepemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Fenomena ini didukung dengan media sosial untuk menarik dan memobilisasi massa.

 Peran media sosial tidak bisa diabaikan begitu saja, karena tidak terlepas dari perubahan gerakan sosial politik yang bergemuruh disetiap penjuru. Hal ini menyatakan bahwa sahny sikap masyarakat tidak apolitis. Sebaliknya, ini menjadikan sebuah indikasi bahwa masyarakat mempunyai sikap partisipasi yang beragam di platform media sosial.

Keberadaan media sosial merupakan wadah-wadah informal politik yang membuka suatu sudut pandangan dan isu-isu yang terjadi di dalam negri maupun di luar negri. Kecendrungan budaya politik hari ini lebih mengedepan media digital ketimbang media konvensional sehingga menculnya gaya politik ini lebih sering dilakukan oleh pemuda, bagi mereka media konvensional terlalu ketinggalan zaman, ribet dan sulit dijangkau.

 Memang tidak bisa dipungkiri juga, adanya sebuah trending terhadap isu di media sosial menjadi wadah kesempatan untuk mencari popularitas, apalagi tren tersebut di labeli oleh akun-akun bercentang. Akan tetapi itu selagi apa yang disampaikan itu tidak blunder, hal ini tidak menjadi masalah dan yang terpenting mengedukasikan diri terhadap isu yang disuarakan.

Dari Hastag Menuju Persimpangan Jalan

Pada tahun 2007 silam Twitter merilis sebuah fitur yang menarik yaitu Hastag atau Tagar. Fitur ini digunakan oleh pengguna Twitter untuk mengikuti suatu perbincangan tertentu. Hal ini memungkinkan pengunanya untuk mengambil infomasi tentang suatu topik tertentu dengan cepat. Kemunculan Hastag atau Tagar oleh Twitter di latar belakangi, banyaknya pengguna Twitter di San Fransisco yang merasa binggung dengan bagaimana mengikuti sebuah topic atau kisah dengan tema tertentu di media sosial tersebut.

Ide hastag ini sepenuhnya bukan ide orisinal dari Twitter, jauh sebelum Twitter yang memakainya. Menurut Stowe, rekan Messina (pencetus hastag) "Orientasi Messina menggunakan hastag datang dari ruangan obrolan IRC (Internet Relay Chat)". IRC merupaka sistem perpesanan yang hadir bersamaan dengan keberadaan Internet. IRC pengguna symbol # pertama yang digunakan untuk fitur  ruang Chatting. Semisal #London, hal ini menandakan sebuah kanal percakapan warga London.

Meskipun, dalam perkembangannya hastag telah memutar roda sejarah yang jauh dari awal kelahirannya, terutama dalam konteks sosial politik. Lexi Pandel, kolomnis Wired mengatakan hastag tealah berevolusi lebih dari hanya sebatas symbol digital dunia maya. Hastag, sukses mempengaruhi pemilihan umum hingga memicu gerakan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun