Banyak peribahasa Jawa yang saat ini masih sering digunakan untuk menyindir, menggambarkan, atau memperhalus, suatu kejadian di masyarakat. Di antara peribahasa itu adalah ungkapan nabok nyilih tangan.
Dalam berbagai literatur, secara harfiah nabok nyilih tangan adalah memukul dengan meminjam atau menggunakan tangan orang lain.
Makna luas dari peribahasa itu merupakan tindakan atau aktivitas di mana untuk mencapai tujuan yang diinginkan, seseorang menggunakan orang atau pihak lain untuk mencapai kepentingannya.
Dengan demikian, orang yang mempunyai kepentingan seolah-olah tidak terlibat atau terlihat kepentingannya namun akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang dimaui.
Jadi orang yang berkepentingan bersembunyi di balik punggung orang atau pihak lain sehingga kalau ada sesuatu yang salah, ia tidak mau atau tidak bisa disalahkan. Dari sinilah ungkapan ini lebih banyak dikonotasikan pada perilaku yang negatif.
Dalam dunia politik, tindakan nabok nyilih tangan sering digunakan. Satu pihak  menyuruh, mendorong; seseorang, partai politik, atau institusi, untuk melakukan suatu ucapan dan tindakan guna kepentingannya tersampaikan.
Pihak yang mendorong, nabok nyilih tangan, sebenarnya tahu bahwa apa yang dilakukan salah atau mempunyai resiko melanggar aturan sehingga dia menggunakan tangan orang lain untuk nabok, misalnya dulu ada beberapa partai politik yang mendorong adanya pemilu ditunda.
Ada pula pihak yang ingin adanya jabatan presiden tiga periode. Dari sini maka orang akan menyalahkan partai politik yang mengutarakan masalah itu, sedang pelaku nabok nyilih tangan bebas dari masalah.
Pun kalau kita amati, proses pencawapresan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka tidak terlepas dari urusan nabok nyilih tangan. Ada beberapa proses untuk menuju menjadi pendamping capres Prabowo Subianto. Proses ini dilakukan sebab banyak hambatan atau aturan yang membatasi dirinya sehingga perlu upaya untuk membuka pintu-pintu yang tertutup.
Tentu Gibran tidak melakukan sendiri untuk membuka jalan. Sangat vulgar dan ambisius bila itu dilakukan sendiri. Bila melakukan sendiri tentu perlu energi besar untuk mencapai keinginannya. Untuk itu perlu ada pihak lain yang memuluskan jalan menuju ke pencawapresan.