Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Viral Video Salam dari Binjai

24 November 2021   10:12 Diperbarui: 24 November 2021   10:23 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Viral merupakan cita-cita dari para creator. Sebab dengan viralnya video tersebut membuat apa yang dilakukan dibilang berhasil atau sukses karena mampu menarik perhatian ribuan hingga jutaan penonton. Bila ini terjadi maka imbalan kepada pembuat video adalah raupan dollar dari penyedia media sosial itu.

Iming-iming mendapat imbalan puluhan, ratusan, hingga jutaan dollar dari penyedia media sosial inilah yang membuat masyarakat sekarang berbondong-bondong menjadi youtuber atau tiktoker. Iming-iming ini tidak hanya menarik bagi masyarakat biasa, para artis dan politisi pun juga melakukan hal yang sama.

Banyaknya orang menjadi youtuber dan tiktoker inilah yang membuat setiap hari ada ribuan video diunggah dalam media-media sosial. Banyaknya video yang diunggah membuat ada persamaan tema atau judul di antara mereka. Dari sinilah akhirnya terjadi persaingan yang ketat sebab semua creator ingin videonya ditonton jutaan orang dengan tujuan mendapat imbalan dollar yang tinggi.

Ketika persaingan membuat video dalam youtube atau tik tok semakin ketat dan di sisi yang lain creator ingin videonya banyak ditonton orang, maka di sinilah mulai ada perilaku 'aneh-aneh' dari sang pembuat. Ketika video yang dibuat biasa saja atau tema banyak yang sama sehingga dirasa tidak mampu mendongkrak jumlah penonton, like, share, dan jam tayang, maka creator akan membuat video yang 'aneh'aneh'.

Dari sinilah selanjutnya banyak kita dengar ceritanya creator membuat video dengan cara tidak hanya membahayakan dirinya sendiri namun juga membahayakan orang lain. 

Ada creator membuat video di tepi jurang yang sangat dalam, naik sepeda motor atau mobil dengan kecepatan tinggi, di tengah jalur kereta atau jalan yang ramai, mengendarai truck atau sepeda motor dengan jalan kencang dan zig-zag. 

Tak hanya dengan cara-cara seperti itu creator membuat video. Di antara creator ada juga yang membuat tayangan dengan menampilkan perempuan yang memamerkan atau menonjolkan dada, paha, dan pantat. 

Semua itu dilakukan agar like, comment, dan share pada videonya mem-bludag sehingga tujuan untuk meraup jutaan dollar tercapai.

Entah sadar atau tidak, apa yang mereka lakukan itu selain bisa membahayakan dirinya juga berdampak buruk pada orang lain. Sudah banyak berita creator tewas ketika membuat video di lokasi yang sangat berbahaya. Ada yang jatuh di jurang, tertabrak kendaraan, tersambar kereta, jatuh dari bangunan tinggi, atau celaka yang lainnya. Di antara mereka pun juga banyak berurusan dengan polisi ketika melakukan tindakan yang membahayakan orang lain.

Tak hanya pada dirinya sendiri, konten videonya juga bisa membuat orang lain meniru. Tidak masalah bila apa yang ditiru adalah sesuatu yang positif dan kreatif namun menjadi masalah bila apa yang ditiru adalah sesuatu yang merugikan banyak orang.

Contoh meniru dari video 'Salam dari Binjai' dilakukan oleh anak-anak di Salatiga, Jawa Tengah; dan Lamongan, Jawa Timur.

Dalam video tersebut, seorang pemuda dengan gesit dan kuat meninju pohon pisang. Jotosan tangan yang bertubi-tubi mengena pada batang pohon pisang, membuat pohon yang ada roboh. Sebelum dan sesudah ia melakukan aksinya, sang pemuda yang katanya mantan petinju itu mengucapkan salam dari Binjai.

Sebab video tersebut tersebar di media sosial dan kisahnya telah dikupas oleh banyak media massa, membuat 'Salam dari Binjai' dari hari ke hari semakin banyak yang menonton dan me-like, tidak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri.

Popularnya video tersebut tidak hanya membuat nama pemeran menjadi terkenal namun Kota Binjai juga semakin mendapat sorotan masyarakat luas. Bagi mereka yang belum tahu di mana Binjai, ia langsung bertanya di media sosial atau googling. Dari video itulah akhirnya membuat daerah yang dijuluki 'Kota Rambutan' itu semakin banyak diketahui orang.

Video 'Salam dari Binjai' merupakan salah satu kreasi video yang diunggah dan disebar oleh para creator dalam media sosial yang ada, seperti youtube, tik tok, facebook, twitter, instagram, dan media sosial lainnya. 

Kalau kita lihat setiap hari ada unggahan video di media sosial yang isinya dari yang biasa hingga yang 'aneh-aneh'. Dari berbagai video tersebut, masyarakat ada yang mengacuhkan, ada yang merespon secukupnya, ada pula yang menanggapi secara luar biasa sehingga menjadi viral.

Anak-anak di salah satu kampung di Salatiga melakukan aksi seperti di video 'Salam dari Binjai' yang membuat delapan pohon pisang rusak. Di Lamongan, lebih parah lagi. 

Sembilan anak melakukan 'Salam dari Binjai' sehingga membuat lima puluh pohon rusak. Bisa jadi kejadian tersebut tidak hanya di Salatiga dan Lamongan namun juga ada di daerah lainnya.

Pohon-pohon pisang itu pastinya bukan pohon pisang orangtuanya namun pohon pisang milik tetangga atau petani pisang. Akibat ulah yang demikian, sang pemilik pohon pisang mengalami kerugian. 

Buah yang seharusnya bisa dipanen untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di pasar menjadi gagal diunduh sebab pohon yang ada tumbang atau roboh. 

Meski ada jalan musyawarah antara orangtua anak dan pemilik pohon pisang yang berakhir dengan minta maaf namun sang pemilik pohon pisang tetap saja mengalami kerugian.

Nah di sinilah perlunya orangtua hadir kepada anak-anak ketika semakin banyak video yang tersebar di media sosial. Nasehat orangtua pastinya dibutuhkan agar si anak bisa membedakan mana yang perlu ditiru, dicontoh, dan mana yang tidak. 

Bagi creator video pun diharapkan mampu menyuguhkan sesuatu yang bisa memberi dampak yang positif dan kreatif. Jangan karena ingin viral dan iming-iming meraup jutaan dollar lalu membuat video yang isinya bisa menciptakan kegaduhan atau menimbulkan resiko bahaya dan merugikan dirinya sendiri dan masyarakat.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun