Memberantas kemiskinan sepertinya tidak mudah dan tidak gampang. Untuk mengentaskan seseorang dari kemiskinan, perlu waktu lama. Bila ia diberi modal untuk berusaha, maka proses orang itu untuk mendapat untung perlu butuh waktu.Â
Tak mungkin ia diberi modal usaha lalu usahanya berkembang pesat yang menghasilkan uang jutaan rupiah tiap hari. Pun demikian pendidikan yang dikatakan sebagai faktor yang bisa mengentaskan kemiskinan, ia juga perlu waktu. Untuk siap kerja, selepas menempuh pendidikan di SMK, misalnya, ia membutuhkan waktu sekitar 12 tahun.
Program-program untuk mengentaskan kemiskinan bukan seperti membangun infrastruktur, sekarang dibangun esok mungkin bisa dinikmati. Program pengentasan kemiskinan baru terasa 20 tahun kemudian dari saat ini dilakukan. Kesejahteraan yang sekarang ada dan banyaknya orang berpendidikan saat ini, itu buah dari 20 atau 30 tahun pembangunan masa lalu.
Sebagai isu yang penting dan sensitif, masalah kemiskinan sering dibahas, didiskusikan, dan diseminarkan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Mereka mencari akar masalah dan solusinya. Meski akar masalah dan solusinya sudah ada dan banyak orang yang tahu namun soal kemiskinan terus saja dibahas dan diperdebatkan.
Di tengah kebingungan pemerintah mencari cara bagaimana kemiskinan bisa dituntaskan secara cepat, seperti membangun infrastruktur jalan tol, jembatan, bandara, dan pelabuhan; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mempunyai ide mengentaskan kemiskinan dengan cara cepat.Â
Caranya? orang kaya wajib menikahi orang miskin. Hal demikian disebut sebagai cara memutus rantai kemiskinan. Bila itu terjadi di mana orang yang miskin dinikahi orang kaya, maka jumlah kemiskinan penduduk akan berkurang.Â
Bila ada seribu orang kaya menikahi orang miskin maka terjadi pengentasan kemiskinan secara massal dan cepat. Dengan demikian apa yang diresepkan oleh Muhadjir sangat mujarab, mampu mengentaskan kemiskinan tanpa memerlukan proses puluhan tahun.
Meski cara yang diusulkan oleh Muhadjir tadi sangat mujarab namun proses orang kaya menikahi orang miskin itu tidak mudah dan gampang. Fakta di masyarakat pernikahan bisa terjadi setelah dua orang, laki-laki dan perempuan, berkenalan atau dikenalkan oleh keluarga untuk melakukan pernikahan.
Pernikahan disepakati bila dua orang berlainan jenis tadi sehati dan merasa cocok. Jadi faktor utama dari pernikahan adalah kecocokan hati. Bila faktor yang utama ini menjadi landasan maka membuat pernikahan itu bisa langgeng dan bahagia.
Memang ada faktor pernikahan yang dilandasi oleh harta namun biasanya hal demikian sangat mengkhawatirkan keberlangsungan rumah tangga dan pelaku pernikahan. Di beberapa daerah, masyarakat di sana kerap melakukan pernikahan karena faktor harta. Tujuannya ingin lepas dari kemiskinan namun kondisi dari pernikahan itu menyedihkan meski tidak semua.Â
Dalam keberlangsungan pernikahan, pihak yang miskin biasanya dari kalangan perempuan, sering menjadi korban kekerasan dan pelecehan dari pihak yang kaya. Bahkan praktik-praktik pernikahan yang dilandasi harta dan ingin terentas dari kemiskinan, dijadikan praktik perdagangan manusia. Diiming-imingi janji dinikahi orang kaya, orangtua rela melepaskan anak gadisnya dibawa pergi oleh 'makelar'.