Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jangan Bungkam Travel Writer

25 Juli 2019   13:31 Diperbarui: 25 Juli 2019   13:47 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya ruang kebebasan berpendapat, mengkiritik, kepada sebuah fakta yang ada semakin menyempit. Buktinya seorang youtuber yang mengabarkan kepada banyak orang tentang layanan dari sebuah maskapai penerbangan yang dirasa tidak maksimal dilaporkan ke polisi oleh salah satu pihak. Youtuber tersebut dilaporkan dengan alasan melakukan tindak pidana pencemaran nama baik. 

Diberitakan, kasus itu terkait dengan video yang diunggah di akun instagram yang menceritakan pramugari memberi daftar menu makan di kelas bisnis yang hanya ditulis tangan dalam selembar kertas. Ditulis dalam selembar kertas sebab menurut pramugari kartu menu dalam proses pencetakan.

Meski kasus itu disebut berakhir dengan damai namun youtuber yang memberikan fakta bukan hoax itu kejadiian yang menimpa dirinya membuat traveler dan atau backpacker yang suka menulis atau membikin vlog menjadi cemas ketika menggunggah cerita perjalanannya yang dialami di media sosial.

Sebagaimana diketahui, dalam perjalanan itu banyak proses yang akan dilalui oleh traveler dan atau backpacker. Mulai dari keluar rumah sampai tiba di bandar udara, terminal, atau pelabuhan laut, banyak hal yang dijumpai dan dialami. Kisah-kisah itu bagi yang suka menulis atau membikin vlog bisa menjadi bahan kreatifitasnya. Nah di sinilah masalah itu muncul. 

Bila selama dalam perjalanan lalu lintas yang dirasakan lancar maka hasil tulisan dan vlog yang dibuat bernada positif namun bila semua infrastruktur, transportasi, dan pelayanan jasa dari pihak terkait buruk atau tidak maksimal, hal demikian membuat laporan pandangan mata yang dibuat menjadi sesuatu yang tidak mengenakan bagi pemerintah dan pemberi jasa swasta.

Seorang traveler dan atau backpacker, mereka adalah seperti masyarakat lainnya, bisa kritis, menumpahkan rasa suka dan tak suka, serta membangun sebuah opini. Tentu apa yang dicurahkan terkait dengan apa yang dialami dalam proses perjalanan mereka. Apa yang dilihat dan dirasakan yang kemudian diunggah dalam media sosial, sebenarnya sebuah masukan yang sangat berharga bagi pemerintah dan pemberi jasa lainnya. Masukan yang diberikan pastinya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang nyaman, cepat, dan mudah.

Misalnya, seorang traveler dan atau backpacker yang melakukan perjalanan ke sebuah tempat wisata dalam negeri, membayangkan akan menikmati suasana pantai yang biru, tenang, dan bening; atau gunung yang menjulang tinggi, indah, dan hawa yang sejuk namun ketika menuju ke sana, rupanya jalan yang ada tidak layak dilewati. Tak hanya itu, transportasi angkutan umum yang susah, kalau ada menunggu itu pun memerlukan waktu yang lama. 

Suasana semakin menghilangkan harapan menyenangkan ketika ATM, jaringan seluler, dan penginapan, tidak memadai. Ketika hal ini diunggah di media sosial, seharusnya pemerintah daerah, kementerian terkait, dan pihak swasta yang bergerak dalam bidang jasa wisata mengucapkan terima kasih sebab dengan adanya laporan itu membuat mereka segera membangun sarana sesuai dengan standar yang ditentukan.

Membangun sarana wisata sesuai standar yang ada bagi pemerintah sangat perlu sebab pemerintah sendiri berkoar-koar menggalakan dunia wisata dan mempunyai target mendatangkan Wisman 18 juta orang. Terus apa maksudnya bila menggalakkan dunia wisata tanpa dibarengi dengan peningkatan pelayanan? 

Mungkin pemerintah tidak mendengar secara langsung kondisi tempat wisata yang ada sehingga problem-problem seperti di atas seakan-akan tidak tahu. Nah di sinilah perlunya curhatan langsung dari masyarakat. Di sinilah pentingnya traveler dan atau backpacker yang kritis. Mereka rutin melakukan perjalanan sehingga tahu banyak perkembangan dan kondisi wisata yang ada.

Masalah yang dialami oleh traveler dan atau backpacker tidak hanya perjalanan dalam negeri. Mereka yang suka bepergian ke luar negeri juga mengalami hal-hal yang sama. Biasanya problem pertama dan terakhir bagi mereka yang suka perjalanan ke luar negeri adalah pada bagian imigrasi. Saat hendak atau masuk ruang boarding, meninggalkan bandar udara atau pelabuhan, beberapa kali terdengar layanan petugas imigrasi yang tidak ramah atau lebih mendahulukan orang asing. Ketika hal ini diunggah ke media sosial, seharusnya menjadi masukan bagi pemerintah agar mendorong petugas yang ada untuk memberi pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Apa yang diunggah oleh traveler dan atau backpacker ke media sosial juga memberitahu kepada pihak yang lain ketika melakukan perjalanan yang sama dengan harapan dalam perjalanan yang dilakukan lebih hati-hati dan waspada. Misalnya diingatkan bahwa di Paris, Perancis, banyak copet bergentayangan. 

Nah ketika traveler dan atau backpacker sudah mengingatkan banyak copet di Paris, tentu hal demikian membuat orang lain bila hendak ke sana harus waspada dan hati-hati. Unggahan-unggahan yang tidak menyenangkan seperti ini juga ada di negara lain sehingga masyarakat bisa memetakan negara mana yang aman dan tidak. Bila ada negara yang dikatakan tidak aman bukan berarti melarang berkunjung ke sana namun silahkan tetap ke sana namun perlu hati-hati dan waspada.

Unggahan di media sosial yang disajikan oleh traveler dan atau backpacker tidak hanya cenderung yang negatif. Cerita keramahan penduduk, ketertiban, dan mudahnya public transport sebuah negara juga kerap dipajang di media sosial. Pun demikian juga ada unggahan yang memberitahu di mana saja restoran halal yang ada di Jepang. Hal ini bisa menjadi petunjuk bagi wisatawan Muslim bila jalan-jalan ke negeri sakura sehingga bisa menikmati makanan sesuai diyakini.  

Dengan demikian sebenarnya apa yang disampaikan oleh traveler dan atau backpacker di media sosial adalah sesuatu yang juga dilakukan oleh masyarakat lain, memberitahu yang baik dan menyenangkan namun juga mengabarkan sesuatu yang tidak standar, menyimpang, tidak semestinya, atau tidak sesuai dengan program dan janji pemerintah. 

Dalam negara demokrasi, apa yang dilakukan youtuber tadi adalah hak dan sesuatu yang biasa. Nah dengan demikian sangat disayangkan kalau sikap kritis mereka dibungkam. Apa yang dilakukan oleh youtuber dalam maskapai itu kan ada faktanya bukan hoax. Mungkin masalah akan lain kalau ia menyebar hoax atau berita tidak benar yang sifatnya memfitnah.

Jadi sebaiknya pihak terkait jangan buru-buru mengambil tindakan bila ada laporan unggahan dalam media sosial seperti yang dilakukan oleh youtuber tadi. Apa yang dilakukan oleh youtuber tadi justru sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan maskapai yang sudah punya nama besar di dunia penerbangan antarbangsa itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun