Nah bila pesawat itu delay maka semua rencana perjalanan yang disusun bisa buyar dan berantakan. Delay 30 menit saja bisa membuyarkan rencana yang telah disusun apalagi delay-nya hingga berjam-jam.Â
Pembaca di sini pastinya pernah mengalami bagaimana gara-gara delay yang dialami membuat: penerbangan selanjutnya tertinggal pesawat.Â
Bila maskapai yang bertanggungjawab, ia akan mencari pesawat pengganti atau menunda keberangkatan dengan pesawat yang sama dengan kompensasi menginap yang ditanggung.Â
Namun bila penumpang itu melanjutkan penerbangan dengan maskapai yang berbeda, kemudian maskapai sebelumnya membiarkan begitu saja atau tak mau tahu, hal demikian membuat penumpang yang ada mengalami kerugian waktu dan biaya. Ia harus mengeluarkan biaya lagi untuk melanjutkan perjalanan.
Perjalanan tidak terasa bila di dalam negeri, menjadi sangat berat bila perjalanan ke luar negeri; dari delay pesawat tadi tidak hanya rugi dalam waktu namun bisa menggagalkan pertemuan dengan pihak lain. Coba bayangkan rencana pertemuan entah itu bisnis, pertemuan politik, atau yang lainnya, bisa gagal terlaksana karena pesawat delay.Â
Politikus mungkin pernah merasakan bagaimana dirinya sudah ditunggu oleh ratusan hingga ribuan massa akhirnya batal pertemuan itu gara-gara pesawat delay. Delay yang terjadi tidak hanya membuat keresahan penumpang namun juga membuat kegelisahan orang yang menunggu, entah itu keluarga, sahabat, mitra bisnis, atau massa politik.
Hal-hal di atas, keresahan dan kegelisahan penumpang dan yang menunggu akibat delay, sepertinya tidak pernah dirasakan oleh maskapai itu sehingga mereka berulang kali melakukan hal yang sama. Mereka tetap tak berubah sikapnya bisa jadi punya prinsip, "kalau tidak mau silahkan cari pesawat yang lain".
Problem penerbangan kita yang sebenarnya dilakukan oleh maskapai yang itu-itu saja bisa menjadi tantangan dan peluang bagi Merpati. Mungkin kita belum tahu di mana posisi Merpati bila benar-benar kembali melayani masyarakat.Â
Apakah ia masuk dalam penerbangan yang bertarif normal atau berbiaya rendah. Bila menerapkan LCC tentu Merpati akan ditunggutunggu oleh masyarakat namun dengan catatan tak melakukan hal yang sama dengan maskapai yang sudah biasa mengecewakan penumpang.Â
Bila Merpati menerapkan penerbangan bertarif rendah namun 'di udara' ia tidak menawarkan hal yang baru atau sama dengan maskapai yang sudah ada maka kehadirannya tidak menyelesaikan masalah transportasi penerbangan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H