Manusia ingin hidupnya dimudahkan oleh seperangkat alat kerja, mesin. Untuk itu manusia selalu berpikir bagaimana alat itu ada agar bisa mempermudah, memperlancar, dan mempercepat aktivitasnya. Satu persatu alat bantu manusia itu lahir berkat pikiran otak manusia yang cerdas, mulai dari roda, sepeda, sepeda motor, mobil, kereta api, kapal laut, dan kapal terbang.
Terciptanya alat transportasi itu benar-benar menyebabkan perubahan kehidupan manusia yang begitu dahsyatnya. Terjadi revolusi di masyarakat. Bila dulu seseorang ingin melakukan bepergian yang jauh memakan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan, saat ini cukup dalam hitungan jam. Bila dulu orang-orang Eropa melakukan perjalanan menggunakan kapal layar ke Asia, Afrika, Australia, dan Amerika memakan waktu hingga dua bulan, saat ini dengan menggunakan kapal terbang dengan kapasitas penumpang hingga 200 orang, hanya memakan waktu tidak lebih dari 30 jam.
Perubahan yang terjadi dalam sarana transportasi tersebut membuat kemajuan yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Dengan transportasi yang dari waktu ke waktu semakin canggih, aman, nyaman, dan mewah membuat manusia lebih hemat dalam waktu dan cepat menyelesaikan segala urusannya.
Rasa puas manusia rupanya tidak berhenti sampai di situ. Manusia selalu berpikir bagaimana masalah yang dihadapi cepat dikomunikasikan dan diselesaikan. Untuk itu bagaimana sarana komunikasi yang awalnya dari berkirim surat, kemudian telegram, hingga telepon terus dipermodern. Pikiran yang demikian membuat perkembangan telekomunikasi lewat percakapan jarak jauh dari waktu ke waktu mengalami kemajuan yang sangat berarti. Dulu telepon sifatnya statis, tidak bisa dibawa ke mana-mana. Selanjutnya karena kemajuan teknologi, hasil pikiran orang, alat komunikasi ini bisa digunakan orang ke mana-mana, mobil, meski bentuknya awalnya sebesar gajah.
Dalam perjalanan waktu, alat komunikasi telepon yang disebut handphoneitu semakin ramping bahkan mungil. Ketika kali pertama diluncurkan, hanya beberapa orang yang bisa memiliki handphonenamun saat ini, bilang dibilang orang kecil bahkan pengemis pun memiliki handphone. Maraknya handphonekarena banyaknya pabrikan juga karena harganya terbilang terjangkau, yang Rp1 juta pun ada.
Handphoneitu dalam perjalanan waktu tak hanya sekadar alat untuk cuap-cuap, panggil dan terima, namun sudah bisa digunakan untuk mengirim kabar dalam berbagai bentuk, seperti pesan tertulis, foto, bahkan video (media sosial). Dengan semakin komplitnya fasilitas media itu membuat masyarakat menjadi kreatif, ceria, dan dinamis. Berbagai kreatifitas manusia muncul berkat komplitnya sarana di handphone. Lewat handphoneorang bisa berjualan, lewat handphoneorang bisa mengabarkan kegembiraan, lewat handphonebisa mempertemukan orang yang sudah terpisah selama puluhan tahun.
Meski demikian kemajuan teknologi komunikasi itu dibarengi dengan ancaman yang buruk bagi kehidupan manusia. Seperti dipaparkan di atas bahwa handphonesekarang bisa dimiliki oleh seluruh orang, anak-anak SD pun sekarang sudah banyak yang membawa handphone. Masyarakat kecil pun juga demikian, banyak yang memilikinya. Jadi handphonebukan monopoli orang.
Sebab semua orang memiliki handphonemaka status yang diunggah dalam media sosial beragam, mulai dari masalah yang serius hingga masalah yang sepele. Status yang dibuat tergantung dari kualitas dan emosi pengguna. Nah di sinilah masalah itu muncul. Sebab pengguna handphoneemosi dan tidak sadar media sosial adalah sarana publik, umum, seorang pengguna yang emosi mencaci maki ke orang lain. Banyak cerita dan kasus satu orang mencaci orang lain di media sosial. Ada cerita murid mencaci gurunya di media sosial. Tak hanya itu, di media sosial juga dijadikan sarana untuk menipu, menculik, menganiaya, merampok, bahkan memperkosa.
Salahnya penggunaan media sosial itu bukan karena salahnya pencipta media sosial, bukan salah pencipta facebook, twitter, instagram, telegram, dan media sosial lainnya namun salah atau buruknya komunikasi di masyarakat, dalam keluarga. Keluarga ini bisa diartikan rumah tangga bisa juga diartikan dalam komunitas yang lebih besar, seperti sekolah, kampus, organisasi, atau tempat kerja.
Buruknya komunikasi di keluarga inilah yang bisa menimbulkan emosi di antara anggota. Bila masalah tersebut tak terselesaikan maka segala perasaan yang terpendam akan dilampiaskan dalam media sosial, akibatnya status yang diunggah tersebut menimbulkan masalah, tidak hanya antar dua orang namun bisa antar masyarakat.
Untuk itu pentingnya di sini jalinan komunikasi yang baik di keluarga. Dalam keluarga perlu dibangun komunikasi secara langsung, saling menasehati, mengingatkan pada kebaikan, menyayangi, dan terbuka dalam berbagai masalah. Keterbukaan pada keluarga biasanya akan menciptakan suasana yang harmonis. Keterbukaan itu akan menciptakan ruang terbuka bagi anggotanya bila mengalami sebuah masalah. Ketika di rumah ada waktu sambung rasa dan kasih sayang maka anggota keluarga akan mencampakan handphone.
Sebaliknya, ketertutupan itulah yang membuat mampetnya saluran curhat anggotanya bila tertimpa masalah. Bila dalam keluarga tertutup dalam berkomunikasi maka salah satu anggotanya itu akan menyampaikan masalahnya pada orang lain. Kalau jaman sebelum ada media sosial akan menyampaikan masalahnya pada tetangga, rasan-rasan. Nah, kalau jaman sekarang menumpahkannya di media sosial.
Bila saat ini banyak terjadi caci maki hal demikian menunjukan ada problem yang serius di masyarakat pada keluarga-keluarga, meski tidak semua. Akibat problem yang demikian maka media sosial akan menjadi perangkap bagi pengguna akibat kesalahannya. Kesalahannya tidak hanya membuat ia bisa dikenai sanksi hukum negara namun juga bisa terkena sanksi sosial, dikucilkan. Beberapa mahasiswa yang membully seorang mahasiswa berkebutuhan khusus di sebuah kampus, ia tidak hanya dikenai sanksi hukum negara namun juga bisa terkena hukum dari pihak rektorat dan sanksi sosial dari masyarakat. Saat ini anak-anak muda sering melanggar hukum dan etika akibat statusnya di media sosial. Anak-anak itu bisa jadi korban dari salah dan buruknya komunikasi di keluarga. Mereka terperangkap dalam media sosial yang disalahgunakan. Â
Untuk itu di sini pentingnya komunikasi yang baik dan terbuka di keluarga. Keluarga tak sekadar membuka komunikasi yang harmonis dan terbuka namun juga mengingatkan pentingnya sikap hati-hati dalam mengunggah status di media sosial. Diingatkan bahwa media sosial bukan media yang tertutup namun merupakan sebuah media yang terbuka, satu status bisa dibaca dan direspon oleh jutaan orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H