Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyusuri Jambi dari Kedaton Sriwijaya Hingga Kota Seberang

29 Juni 2016   13:58 Diperbarui: 29 Juni 2016   16:45 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendaraan yang saya tumpangi meluncur dari Paalmerah, Kota Jambi, Provinsi Jambi, menuju Jalan Lingkar Timur, beberapa waktu yang lalu. Di jalan yang di kanan kirinya masih berupa lahan kosong berupa kebun, sawah, dan rawa-rawa, di beberapa potong jalan terlihat kepadatan lalu lintas, sepeda motor dan truk besar, berlalulalang.

Di sebuah penggalan jalan, Jl. Baru Kasang, Bang Oding, orang yang pergi bersama saya, memberi tahu bahwa di jalan ini ada Pasar 46. Disebut Pasar 46 sebab buka pasar itu jam 4 sore dan tutup jam 6 petang. Pedagang di Pasar 46 menjajakan dagangan berupa ikan segar, sayur, buah, dan kebutuhan masyarakat lainnya di bangunan-bangunan kayu yang berdiri tepat di pinggir jalan. Meski jalan itu jauh dari pemukiman penduduk namun dikatakan Bang Oding bila pasar telah buka maka di jalan itu ramai hingga menyebabkan kemacetan. Masyarakat antusias membeli dagangan di tempat itu.

Saya melintasi Jl. Baru Kasang di saat pagi, suasana sepi menghinggapi tempat itu. Terlihat bangunan-bangunan kayu yang berwarna tua dan kusam tempat berjualan pedagang Pasar 46 berdiri kosong.

Candi Gumpung
Candi Gumpung
Selepas melintas tempat itu, kendaraan terus melaju hingga melewati sebuah jembatan tinggi yang melewati Sungai Batanghari. Jembatan itu tampak kokoh tersusun atas beton dan besi baja yang membentang. Dari jembatan ini kita bisa menyaksikan besar dan lebarnya Sungai Batanghari. Melihat Sungai Batanghari mengingatkan saya pada Sungai Saigon di Vietnam yang besar dan panjang serta menjadi objek wisata dan kehidupan masyarakat di sana.

Arca Koleksi Museum
Arca Koleksi Museum
Lepas dari jembatan ini, kita melintasi jalan di mana kanan-kirinya penuh dengan pepohonan yang tinggi dan kokoh berdiri. Bang Oding memberi tahu bahwa pohon-pohon yang berdiri di samping jalan itu adalah pohon durian dan duku. Dari apa yang dikatakan membuat saya paham, pantas saja di Kota Jambi, durian dan duku melimpah dan dijual di pinggir-pinggir jalan.

Persewaan Sepeda
Persewaan Sepeda
Kendaraan yang saya tumpangi, akhirnya berbelok pada sebuah jalan, meninggalkan jalan utama. Masuk jalan ini kita menuju Komplek Candi Muara Jambi. Tempat wisata yang berada di Desa Muara Jambi, Kecamatan Maro Sebo. Dari Kota Jambi jaraknya sekitar 20 km. “Bila ditempuh dengan kendaraan menghabiskan waktu kurang dari satu jam,” ujar Bang Oding.

Untuk menuju ke komplek candi ini, sebelum atau di tahun 1990-an, orang menggunakan ketek (perahu) menyusuri Sungai Batanghari. Namun setelah pembangunan jalan di darat dikembangkan, orang-orang memilih menggunakan sepeda motor atau roda empat daripada ketek. Masyarakat di sana pun juga beralih menggunakan transportasi darat bila hendak ke kota atau sebaliknya.

Dari karcis masuk yang saya terima, dengan membayar Rp5000, tertera di karcis berwarna kuning itu tulisan yang menyebut Pemerintah Kabupaten Muara Jambi, Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Restribusi tanda masuk itu merupakan Perda Kabupaten Muaro Jambi No. 07 Tahun 2015.

Candi Kedaton
Candi Kedaton

Masuk ke dalam Komplek Candi Muara Jambi, terlihat puluhan sepeda terparkir rapi. Sepeda-sepeda itu disewakan kepada pengunjung yang hendak melihat bangunan di masa Kerajaan Sriwijaya berdiri. Ada pihak yang menawarkan jasa sewa sepeda sebab area wisata itu memiliki luas 3981 hektare. Bila berjalan kaki tentu melelahkan untuk mengarungi area seluas itu. Dengan luas yang demikian maka Komplek Candi Muara Jambi disebut sebagai tempat wisata Budha terluas di Asia.

Candi Kedaton dari dekat
Candi Kedaton dari dekat
Kesan pertama saat melihat komplek candi itu mengingatkan saya pada komplek candi di Angkor, Siem Reap, Kamboja, khususnya di Komplek Candi Ta Prohm. Mengapa demikian? Sebab di Komplek Candi Muara Jambi sama dengan di Angkor, banyak pohon-pohon besar dan menjulang tinggi. Di Angkor terdiri dari beberapa komplek candi, Seperti Angkor Wat, Ta Prohm, dan Bayon, maka di Komplek Candi Muara Jambi ini ada Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Telaga Rajo, dan candi-candi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun