Kendaraan yang saya tumpangi meluncur dari Paalmerah, Kota Jambi, Provinsi Jambi, menuju Jalan Lingkar Timur, beberapa waktu yang lalu. Di jalan yang di kanan kirinya masih berupa lahan kosong berupa kebun, sawah, dan rawa-rawa, di beberapa potong jalan terlihat kepadatan lalu lintas, sepeda motor dan truk besar, berlalulalang.
Di sebuah penggalan jalan, Jl. Baru Kasang, Bang Oding, orang yang pergi bersama saya, memberi tahu bahwa di jalan ini ada Pasar 46. Disebut Pasar 46 sebab buka pasar itu jam 4 sore dan tutup jam 6 petang. Pedagang di Pasar 46 menjajakan dagangan berupa ikan segar, sayur, buah, dan kebutuhan masyarakat lainnya di bangunan-bangunan kayu yang berdiri tepat di pinggir jalan. Meski jalan itu jauh dari pemukiman penduduk namun dikatakan Bang Oding bila pasar telah buka maka di jalan itu ramai hingga menyebabkan kemacetan. Masyarakat antusias membeli dagangan di tempat itu.
Saya melintasi Jl. Baru Kasang di saat pagi, suasana sepi menghinggapi tempat itu. Terlihat bangunan-bangunan kayu yang berwarna tua dan kusam tempat berjualan pedagang Pasar 46 berdiri kosong.
Untuk menuju ke komplek candi ini, sebelum atau di tahun 1990-an, orang menggunakan ketek (perahu) menyusuri Sungai Batanghari. Namun setelah pembangunan jalan di darat dikembangkan, orang-orang memilih menggunakan sepeda motor atau roda empat daripada ketek. Masyarakat di sana pun juga beralih menggunakan transportasi darat bila hendak ke kota atau sebaliknya.
Dari karcis masuk yang saya terima, dengan membayar Rp5000, tertera di karcis berwarna kuning itu tulisan yang menyebut Pemerintah Kabupaten Muara Jambi, Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Restribusi tanda masuk itu merupakan Perda Kabupaten Muaro Jambi No. 07 Tahun 2015.
Masuk ke dalam Komplek Candi Muara Jambi, terlihat puluhan sepeda terparkir rapi. Sepeda-sepeda itu disewakan kepada pengunjung yang hendak melihat bangunan di masa Kerajaan Sriwijaya berdiri. Ada pihak yang menawarkan jasa sewa sepeda sebab area wisata itu memiliki luas 3981 hektare. Bila berjalan kaki tentu melelahkan untuk mengarungi area seluas itu. Dengan luas yang demikian maka Komplek Candi Muara Jambi disebut sebagai tempat wisata Budha terluas di Asia.