Mohon tunggu...
Ardi Wijaya
Ardi Wijaya Mohon Tunggu... Nelayan - Hadir dan Mengalir

Hadir dan Mengalir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggali Jejak Sejarah, Menyongsong Masa Depan Indonesia Maju

1 November 2019   14:23 Diperbarui: 1 November 2019   14:27 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep yang tersusun dengan apik rasanya masih minim realisasi, justru yang terjadi adalah perekonomian bangsa kita lebih didominasi oleh kapitalis-kapitalis yang hanya mementingkan kelompok bisnis mereka. Dalamnya jurang kesenjangan dapat disaksikan dengan mata telanjang. Sudah saatnya kita mengevaluasi kebijakan ekonomi kita yang sampai saat ini terus mengalami masalah.

Oleh karena itu, cita-cita ekonomi kita idealnya harus kembali mengedepankan konsep kekeluargaan seperti yang menjadi mimpi besar Bung Hatta. Sudah sewajarnya jika pemerintah memberikan penguatan terhadap fungsi koperasi dalam rangka mengikis kemiskinan. Ekonomi yang berbasis pada koperasi harus digaungkan kembali, hal ini bukan semata-mata sebagai solusi alternatif dalam memerangi kapitalisme tetapi lebih dari itu relevansinya sangat kuat dengan isi untdang-undang sebagai petunjuk  untuk penyusunan kebijakan perekonomian Indonesia. Seperti mottonya bahwa koperasi berbasis sebagai perekat dalam membangun perekonomian bangsa.

Lebih jauh, dalam semangat koperasi adalah menumbuhkan intaraksi antar sesama  masyarakat seperti yang dituliskan oleh Mohammad Hatta bahwa di dalam jiwa koperasi adalah menolong diri sendiri secara bersama-sama. Gagasannya mengenai konsep ekonomi ideal bagi Indonesia tidak usang oleh waktu, tetap relevan di era modernisasi..

Pada bagian lain, beberapa konflik sosial yang terjadi akhir-akhir ini sungguh melukai perasaan, sangat disayangkan di tengah modernisasi zaman, diskursus publik kita terus disuguhkan mengenai sara. Sisi kelam yang harus dihadapi oleh sebuah bangsa yang berdiri diatas keanekaragaman suku, budaya, dan bahasa, ini merupakan resiko yang dihadapi oleh negara yang berdiri diatas kemajemukan. Namun sesungguhnya persoalan sara adalah satu hal yang seharusnya sudah selesai diperdebatkan, jika hal ini terus terjadi maka kita adalah sebuah bangsa yang memiliki nilai peradaban mundur, bukan malah maju menghadapi modernitas.

Oleh karena itu, sekiranya sangat penting jika kita semua mampu menyadari bahwa kita terikat dalam tali persaudaraan yang tumpah darahnya adalah ibu pertiwi. Memulai menghentikan provokasi terhadap diri sendiri dengan memahami bahwa  sejatinya perbedaan itu adalah anugerah yang membawa pada khasanah keindahan.

Kutipan dari sosiolog Jerman Maximilian Weber yang menyatakan bahwa "bukanlah kesadaran yang menentukan keberadaan manusia, tetapi sebaliknya keberadaan manusia sosial sebagai mahkluk yang menentukan kesadaran mereka".

Disisi lain, wajib kiranya jika kita memberikan support kepada pemerintah selaku pemegang kendali dalam kekuasaan guna mewujudkan keberpihakan dan keadilan dengan berkonsenrasi menciptakan kerangka kerja konseptual sebagai upaya untuk merawat keanekaragaman bangsa. Mewujudkan keadilan dan pemerataan dalam segala aspek kehidupan adalah solusi untuk memangkas disparitas yang selama ini telah menjadi permasalahan yang terus dialami oleh bangsa Indonesia.

Harapannya saat ini dan kedepannya nanti, panggung politik tanah air kita tidak hanya diisi oleh politisi semata tetapi politisi yang di dalam  jiwanya terpatri sifat seorang negarawan yang selalu meletakan kepentingan negara bangsa di atas segala kepentingan pribadinya, mampu menjunjung tinggi nilai-nilai integritas seperti para pendahulunya. Meletakan dengan sangat detail antara kepentingan pribadinya dan kepentingan bangsa. Dapat dijadikan teladan oleh anak bangsa yang lain serta hadir sebagai kesatria politik ditengah kondisi bangsa yang sedang mengalami krisis moral.

Menjadi bangsa yang hidup dalam bingkai interaksi yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan rasa saling penduli antara satu dengan yang lain, menjadi pribadi yang peka terhadap kondisi sosial masyarakat. Menciptakan interaksi yang harmonis, karena hal tersebut adalah sikap yang murni dimiliki oleh manusia.

Permasalahan yang kompleks di atas dapat dimaknai sebagai cobaan dari bangsa yang sedang menyongsong masa depan gemilang, menjadi bangsa yang mampu tumbuh dan berkembang sebagai bangsa yang maju dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai pluralisme yang menjadi ciri khas dan keunggulan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun