Wacana penghapusan mata pelajaran agama dari sekolah-sekolah umum ternyata turut disuarakan oleh Musdah Mulia yang berpahaman liberal. Menurutnya pendidikan agama di sekolah tidak berdampak apapun dalam pengurangan korupsi, bahkan menambah konflik dan menimbulkan sambil mengutip ucapan bekas PM Singapora Lee Kuan Yew. Analisa Musdah Mulia ini sangatlah dangkal dan terlalu menyederhanakan masalah, tidak sesuai dengan gelar profesor yang disandangnya. [2]
Untuk membantah tuduhan itu, ada baiknya kita merujuk kepada pendapat Prof. Dr. Zakiah Darajat, seorang pendidikan dan pernah aktif di MUI sekitar akhir 90-an. Menurut Zakiah Darajat kelemahan pendidikan agama di sekolah adalah tidak mendalam, akibat kekurangan waktu. Pelajar hanya diajarkan gerakan sholat, wudhuk, puasa dan hal-hal pokok lainnya, yang menurutnya tidak mendalam, tidak terhayati, verbalistik. Anak didik tidak tahu apa makna sholat bagi kehidupan mereka. Tahunya cuma gerakan ibadah. Ibadah sebagai pelajaran semata. Akhlak tidak ada, budi pekertipun tidak masuk. Akibatnya mereka menjadi taat ritual. Mereka sholat, puasa, tetapi aplikasi nilai-nilai ibadah itu dalam keseluruhan hidupnya tidak cukup dipahami [3].
Jadi berlainan dengan Musdah Mulia, Zakiah Darajat malah menyarankan agar pendidikan agama diberikan lebih banyak lagi di sekolah-sekolah. Saya setuju dengan saran Zakiah Darajat. Ketika masih dalam masa persekolahanpun, saya merasakan begitu kurangnya pendidikan agama di sekolah, sehingga saya memutuskan untuk mengikuti kelas agama sore di sebuah Madrasah Ibtidayah.
Lalu darimana asal tuduhan yang menyatakan pelajaran agama adalah penyebab konflik antar umat beragama. Kelihatannya Musdah Mulia memiliki pandangan yang sama dengan Haidar Bagir yaitu klaim yang mengatakan bahwa hanya Islam agama yang benar. Kalau Haidar Bagir menyarankan agar pendidikan agama di revisi, Musdah Mulia ingin agar pendidikan agama dikurangi atau dihapus dari sekolah-sekolah. Tujuan utama mereka adalah agar ajaran Syi'ah dan ajaran sesat lainnya makin berkembang di Indonesia. Juga supaya umat Islam Indonesia tidak alergi dengan pemikiran-pemikiran liberal seperti pembolehan pernikahan homoseksual, pernikahan antar agama, pembolehan memilih pemimpin non-Muslim, dsb
Kedua pandangan tokoh Syi'ah dan liberal itu dipatahkan dengan mudah oleh dua tokoh Sunni yaitu Dr. Hamid Fahmy Zarkasi dan Prof. Dr. Zakiah Darajat.
Sumber:
[1] Haidar Bagir Anggap Pelajaran Agama Ajarkan Intoleransi -Â http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/08/22/76394/haidar-bagir-anggap-pelajaran-agama-ajarkan-intoleransi.html
[2] Pendidikan Agama di Indonesia Dihapus Saja -Â http://onlineindo.tv/news/politikus-pdip-pendidikan-agama-di-indonesia-dihapus-saja-supaya-bisa-mencontoh-australia-yang-saat-ini-sudah-sangat-sukses-negaranya/
[3] Kenapa Umat Islam Indonesia Korupsi? -Â http://wiemasen.com/indonesia-korupsi/
Â
Â